Paus Kritik Ukraina soal Larangan Kelompok Agama terkait Gereja Ortodoks Rusia

Paus Fransiskus memimpin doa Malaikat Tuhan (Angelus) di Vatikan

Paus Fransiskus mengkritik larangan Ukraina baru-baru ini terhadap kegiatan kelompok-kelompok agama yang terkait dengan Gereja Ortodoks Rusia selama doa Malaikat Tuhan (Angelus) pada hari Minggu (25/8), dan menyerukan kebebasan umat untuk berdoa di gereja mereka sendiri.

“Tolong, jangan ada Gereja Kristen yang dihapuskan secara langsung atau tidak langsung,” kata Paus menanggapi langkah Kyiv.

RUU tersebut, yang disetujui oleh parlemen Ukraina awal pekan ini, menciptakan perangkat hukum bagi pemerintah untuk melarang aktivitas kelompok agama mana pun yang dianggap memiliki hubungan dekat dengan Rusia atau mendukung invasi mereka ke Ukraina.

“Biarlah mereka yang ingin berdoa, berdoa di tempat yang mereka anggap sebagai gereja mereka,” kata Paus Fransiskus.

Paus juga menyampaikan pidato kepada “rakyat Nikaragua yang tercinta” yang pemerintahnya menutup 151 organisasi nonpemerintah (LSM) lainnya pada hari Kamis, termasuk Kamar Dagang Amerika.

Hal ini terjadi hanya beberapa hari setelah pemerintah menutup sekitar 1.500 LSM, banyak di antaranya bersifat keagamaan.

Presiden Daniel Ortega telah menargetkan LSM sejak pemberontakan tahun 2018, dengan menuduh bahwa organisasi-organisasi yang menerima dana asing terlibat dalam apa yang ia anggap sebagai upaya untuk menggulingkannya dari jabatannya.

Hingga saat ini, pemerintahannya telah menutup lebih dari 5.000 LSM.

“Ingatlah bahwa Roh Kudus selalu membimbing sejarah menuju proyek-proyek yang lebih tinggi. Semoga Bunda Perawan Maria melindungi Anda di saat-saat menghadapi cobaan dan membuat Anda merasakan kelembutan keibuannya,” kata Paus Fransiskus.

BACA JUGA: CEO Aplikasi Telegram Disebut Ditangkap di Prancis

Paus juga mengungkapkan solidaritasnya kepada masyarakat yang terdampak mpox.

“Saya menyampaikan simpati saya kepada gereja-gereja setempat di negara-negara yang paling terdampak penyakit ini dan mendorong pemerintah dan industri swasta untuk berbagi teknologi dan pengobatan yang tersedia sehingga tidak ada yang kekurangan layanan medis yang memadai” katanya.

Republik Demokratik Kongo melaporkan lebih dari 1.000 kasus mpox baru dalam seminggu terakhir hingga hari Selasa sementara otoritas-otoritas kesehatan Afrika meminta vaksin yang sangat dibutuhkan untuk membantu melawan ancaman yang “semakin meningkat” di benua tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan wabah tersebut di Afrika sebagai darurat global.

Mpox termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan cacar tetapi menyebabkan gejala yang lebih ringan. [ab/uh]