Paus Fransiskus hari Rabu (27/7) meninggalkan Edmonton setelah menyelesaikan bagian pertama lawatannya ke Kanada. Persinggahan berikutnya adalah Quebec, sekitar satu jam penerbangan dari Edmonton.
Di Edmonton, Paus menyampaikan permintaan maaf bersejarah atas kesalahan Gereja Katholik dalam memperlakukan anak-anak pribumi atau warga suku asli selama hampir satu abad di sejumlah asrama sekolah.
Paus, yang mengalami kesulitan berjalan karena masalah lutut, menghabiskan sebagian besar waktunya di propinsi Alberta. Dengan menggunakan kursi roda, ia mengikuti satu acara ke acara lainnya. Di bandara ia naik ke pesawat dengan menggunakan ambulift.
Paus hari Rabu ini akan bertemu dengan Gubernur Jendral Kanada, Mary Simon; dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di kota Quebec.
BACA JUGA: Paus Fransiskus Minta Maaf atas Kasus Pelecehan di Sekolah-sekolah KanadaPertemuan dengan pejabat-pejabat pemerintah biasaya merupakan agenda pertama dalam jadwal perjalanan Paus ke luar negeri. Tetapi di Kanada, Paus menghindari lawatan sesuai protokol dan memilih melakukan perjalanan ke Maskwacis – kata dalam bahasa Cree yang berarti “bukit beruang – untuk bertemu dengan warga Métis dan Inuit, yang merupakan warga suku asli atau First Nations, untuk menyampaikan permohonan maafnya.
Lebih dari 150.000 anak-anak penduduk asli dipaksa bersekolah di sekolah Kristen dari pertengahan abad ke-19 hingga tahun 1970an, yang merupakan upaya terorganisir untuk mengisolasi mereka dari pengaruh budaya dan tanah air mereka, mengKristenkan dan mengasimilasi mereka ke dalam masyarakat arus utama dalam bentuk “genosida budaya.” [em/jm]