Pawai dan pertemuan massal diadakan hari Sabtu (20/6) di Charleston, South Carolina dan di seluruh AS sementara orang-orang berkumpul untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada sembilan warga kulit hitam yang menjadi korban penembakan di Gereja AME Emanuel awal pekan ini.
Di Charleston, massa berkumpul di beberapa bagian kota itu. Orang-orang berpawai sambil mengenakan pakaian serba hitam setelah mengadakan doa bersama di luar gereja yang bersejarah itu. Seorang pemimpin AME Emanuel, Norvel Goff, mengatakan kepada mereka yang berkumpul Sabtu bahwa ibadah dan sekolah agama akan dimulai kembali hari Minggu (21/6).
Di New York, para jemaah berkumpul di salah satu gereja AME terbesar di Amerika untuk melangsungkan kebaktian pagi, dan kemudian berpawai. Walikota New York Bill de Blasio mengatakan, “Ya, itu adalah terorisme, terorisme berdasarkan rasisme; tetapi, itu tidak menepiskan fakta bahwa kita punya masalah senjata di negara ini.”
Di Detroit, Jaringan Aksi nasiona, yang dimotori pendeta kulit hitam Al Sharpton, menyelenggarakan dialog antar agama dalam menanggapi insiden penembakan di Charleston. Kebaktian yang melibatkan berbagai ras juga berlangsung di Atlanta, sebuah kota penting dalam gerakan hak sipil Amerika.
Tersangka penembakan massal, Dylann Roof, seorang kulit putih berusia 21 tahun yang memiliki pandangan rasis, ditahan di penjara Charleston County.
Ia menghadapi sembilan dakwaan pembunuhan dan satu dakwaan kepemilikan senjata api secara ilegal. Seorang hakim di Charleston menetapkan uang jaminan 1 juta dolar atas tuduhan kepemilikan senjata namun mengatakan ia tidak memiliki wewenang untuk menetapkan uang jaminan atas sembilan dakwaan pembunuhan.
Roof dikabarkan mengatakan kepada para penyelidik, ia memilih Gereja AME Emanuel untuk melakukan aksinya karena itu merupakan gereja bersejarah warga Amerika keturunan Afrika. CNN melaporkan, Roof ditahan di ruang isolasi dan dalam pengawasan penuh untuk mencegah kemungkinan ia melakukan bunuh diri.
Di San Francisco hari Sabtu, bakal calon presiden AS dari partai Demokrat, Hillary Clinton, menyerukan diperketatnya pengawasan senjata.