Ketua Satgas Cacar Monyet PB IDI, Hanny Nilasari, mengungkapkan pihaknya saat ini sedang mempersiapkan rekomendasi lanjutan terkait penyediaan vaksin cacar monyet. Hal itu sebagai respons terhadap rencana pemerintah untuk menyediakan vaksinitu.
"Kami dari tim satgas sedang berkonsolidasi serta mempersiapkan rekomendasi lanjutan yang berfokus pada tata laksana pemilihan indikasi pemberian vaksinasi dan antivirus," katanya, dalam konferensi pers secara daring, Jumat (26/8).
Hanny pemberian vaksinasi cacar monyet ditempuh melalui dua mekanisme. Pertama, vaksin diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar dan berisiko tinggi.
"Berisiko tinggi adalah orang yang berada dalam satu ruangan dengan pasien yang terkonfirmasi cacar monyet. Pajanan artinya sudah berkontak langsung dengan cairan yang memang sudah terkonfirmasi virus cacar monyet. Kemudian, mungkin pada saat ada keluarga yang tidur bersama di satu ruangan itu juga diindikasi mendapatkan vaksinasi," ujarnya.
Mekanisme kedua yakni vaksin cacar monyet diberikan kepada orang yang berisiko sedang. Dalam hal ini tidak ada kontak langsung dengan penderita cacar monyet tapi berada di dalam satu ruangan yang sama."Jadi tidak ada kontak kulit. Itu juga bisa diindikasi untuk diberikan vaksin," jelas Hanny.
Namun, pemberian vaksin nantinya juga harus diberikan terhadap tenaga kesehatan (nakes) yang akan menangani pasien cacar monyet.
"Itu juga merupakan salah satu yang direkomendasikan kepada seluruh nakes. Dasarnya vaksin ini tidak diindikasi untuk masyarakat umum. Tapi pada orang-orang yang memang berisiko tinggi maupun terhadap nakes," ucap Hanny.
"Kami mempersiapkan rekomendasi lanjutan terkait penyediaan vaksin-vaksin tersebut karena ada satu kasus dan kita harus bersiap. Rekomendasi lanjutan ini sedang digodok dan dikonsolidasikan di divisi tata laksana dari satgas cacar monyet PB IDI," pungkasnya.
Hal senada juga disampaikan pengamat kesehatan dari Universitas Indonesia, Pandu Riono. Menurutnya, vaksin cacar monyet tak perlu diberikan kepada seluruh masyarakat.
"Mungkin hanya pada sebagian penduduk yang berisiko. Bisa pakai vaksin cacar biasa. Sebagian besar penduduk punya kekebalan jadi tidak prioritas," katanya kepada VOA.
Dia pun menyarankan agar masyarakat agar tetap waspada terkait penularan cacar monyet untuk membatasi kontak erat dan intim dengan banyak pasangan.
"Waspada apabila gejala ruam, vesikel, demam, dan pembengkakan kelenjar bening di ketiak atau selangkangan. Penularan bisa terjadi adanya kontak tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pendistribusian vaksin cacar monyet akan dilakukan pada akhir tahun ini. Namun, vaksin itu hanya akan diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu.
"Kami sudah menyiapkan protokol kesehatan dan kirim ke semua daerah. Kami sudah sosialisasi ke Dinas Kesehatan supaya tidak panik. Vaksin (cacar monyet) juga sudah didatangkan tapi kita ingin ini jauh lebih spesifik diberikan kepada kelompok-kelompok yang imunitasnya rendah," katanya di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (25/8).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 25 Agustus 2022., jumlah kasus cacar monyet di dunia mencapai 46.724, dengan rincian46.337 kasus di negara-negara non-endemis, dan 300 lainnya di negara dengan riwayat penyakit cacar monyet.
Australia mencatat 102 kasus, Filipina 4 kasus, Singapura 15 kasus, dan Thailand lima kasus. Di Indonesia sampai saat ini hanya ditemukan satu kasus yang terkonfirmasi dari 23 suspek cacar monyet yang dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. [aa/ab]