Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu (6/7) memperingatkan bahwa dunia telah gagal memberantas kelaparan, karena sebanyak 828 juta orang lebih dalam keadaan kesulitan memperoleh makanan pada tahun 2021. Jumlah tersebut 150 juta lebih banyak daripada jumlah yang tercatat sebelum pandemi COVID-19 melanda pada 2019.
Laporan Status Ketahanan Pangan dan Gizi, yang dirilis pada Rabu, merupakan upaya kolaboratif dari lima badan PBB, termasuk Organisasi Pangan dan Pertanian dan Program Pangan Dunia. Data mereka menunjukkan bahwa pendorong utama kerawanan pangan dan kekurangan gizi adalah konflik, perubahan iklim dan guncangan ekonomi, ditambah dengan kesenjangan yang semakin besar.
BACA JUGA: PBB: Lebanon dalam Situasi Krisis“Perang yang sedang berlangsung di Ukraina, berikut konflik-konflik berkepanjangan lainnya di seluruh dunia, semakin mengganggu rantai pasokan dan mendorong kenaikan harga makanan, biji-bijian, pupuk dan energi, yang menyebabkan kekurangan dan inflasi harga pangan yang tinggi,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu dalam penyampaian laporan kepada negara-negara anggota PBB.
Pada tahun 2021 saja terdapat sekitar 2,3 miliar orang tidak memiliki akses cukup ke pangan. Secara regional, kelaparan terus meningkat di wilayah Afrika di mana 278 juta orang terkena dampaknya. Sementara itu di Asia, 425 juta orang mengalami kelaparan, disusul oleh Amerika Latin dan Karibia di mana 56,5 juta orang terkena dampak kelaparan.
BACA JUGA: G7 Janjikan $4,5 Miliar untuk Atasi Kelaparan Global Akibat PerangHampir 3,1 miliar orang tidak mampu mengkonsumsi makanan sehat pada tahun 2020. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 112 juta orang dibandingkan tahun 2019. Badan-badan PBB mengatakan angka itu mencerminkan kenaikan harga pangan karena dampak ekonomi dari pandemi dan langkah-langkah yang dilakukan untuk membendungnya.
Laporan tersebut mendesak pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk mengalokasikan kembali sumber daya yang ada ke sektor pertanian secara lebih efisien, dengan alasan bahwa hasil yang lebih baik, seperti makanan sehat yang lebih berlimpah, tidak selalu membutuhkan lebih banyak investasi. Perhatian juga harus diberikan pada kebijakan, termasuk pembatasan perdagangan dan pasar, yang dapat menghambat akses ke makanan berkualitas dengan harga terjangkau. [lt/em]