PBB dan Uni Afrika menyerukan segera diakhirinya pertempuran di Sudan Selatan, di mana para pemimpin regional berharap pembicaraan damai dapat dimulai hari Selasa (31/12).
Laporan dari Dewan Keamanan PBB dan Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika, Senin malam (30/12) mengatakan dialog harus dimulai segera antara Presiden Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar.
Uni Afrika juga mendesak pemerintah Kiir agar mebebaskan pemimpin politik yang ditahan, dan mengancam akan mengenakan sanksi terhadap mereka yang terus menghasut kekerasan.
Blok Afrika Timur IGAD menetapkan tenggat hari Selasa (31/12) bagi kedua belah pihak untuk mengadakan perundingan tatap muka, tetapi belum ada indikasi bahwa tenggat tersebut akan dipenuhi.
Presiden Uganda Yoweri Museveni mengunjungi Kiir hari Senin (31/12), dan memperingatkan Machar supaya menandatangani kesepakatan gencatan senjata, kalau tidak, ia akan menghadapi tindakan dari negara-negara tetangganya.
Pernyataan IGAD minggu lalu tidak mencakup ancaman kekerasan, tetapi mengatakan kelompok itu akan "mempertimbangkan untuk mengambil tindakan lebih lanjut" jika pertempuran terus berlanjut.
Sementara itu, para pejabat mengatakan tentara berjuang melawan pemberontak hari Selasa (31/12) di Bor, ibukota negara bagian Jonglei, seminggu setelah pemerintah mengatakan tentara telah merebut kembali kontrol atas kota tersebut dari pejuang pemberontak.
Uni Afrika juga mendesak pemerintah Kiir agar mebebaskan pemimpin politik yang ditahan, dan mengancam akan mengenakan sanksi terhadap mereka yang terus menghasut kekerasan.
Blok Afrika Timur IGAD menetapkan tenggat hari Selasa (31/12) bagi kedua belah pihak untuk mengadakan perundingan tatap muka, tetapi belum ada indikasi bahwa tenggat tersebut akan dipenuhi.
Presiden Uganda Yoweri Museveni mengunjungi Kiir hari Senin (31/12), dan memperingatkan Machar supaya menandatangani kesepakatan gencatan senjata, kalau tidak, ia akan menghadapi tindakan dari negara-negara tetangganya.
Pernyataan IGAD minggu lalu tidak mencakup ancaman kekerasan, tetapi mengatakan kelompok itu akan "mempertimbangkan untuk mengambil tindakan lebih lanjut" jika pertempuran terus berlanjut.
Sementara itu, para pejabat mengatakan tentara berjuang melawan pemberontak hari Selasa (31/12) di Bor, ibukota negara bagian Jonglei, seminggu setelah pemerintah mengatakan tentara telah merebut kembali kontrol atas kota tersebut dari pejuang pemberontak.