Gencatan senjata sepekan di Sudan mulai berlaku pada Senin (22/5) larut malam sementara para saksi mata di Ibu Kota Khartoum, melaporkan beberapa bentrokan.
Pihak-pihak yang bertikai di Sudan, Angkatan Bersenjata Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pimpinan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, dapat memperbarui perjanjian itu setelah periode awal selama tujuh hari.
Sementara pertempuran berlanjut selama gencatan-gencatan senjata sebelumnya, gencatan kali ini disepakati dalam perundingan formal di Jeddah, Arab Saudi, dan mencakup mekanisme pemantauan yang terdiri dari tiga perwakilan masing-masing dari Arab Saudi, Amerika Serikat dan kedua kubu pasukan Sudan.
Utusan tertinggi PBB d Sudan pada Senin menyambut baik gencatan senjata yang diperantarai AS dan Saudi itu.
“Ini adalah perkembangan yang disambut baik, meskipun pertempuran dan pergerakan tentara terus berlanjut hingga hari ini, terlepas dari komitmen kedua pihak untuk tidak melakukan gerak maju militer sebelum gencatan senjata berlaku,” kata Volker Perthes pada pertemuan di Dewan Keamanan PBB.
Perthes berangkat ke New York dari Port Sudan. PBB untuk sementara telah memindahkan sebagian staf dan operasinya ke kota di kawasan Laut Merah itu setelah pertempuran sengit meletus di Khartoum pada 15 April.
“Saya meminta kedua pihak untuk mengakhiri pertempuran dan kembali ke
dialog demi kepentingan Sudan dan rakyatnya,” kata Perthes. “Kehidupan dan infrastruktur telah hancur. Rasialisasi yang kian besar akibat konflik ini berisiko memperluas dan memperpanjangnya, dengan implikasi pada wilayah tersebut.”
BACA JUGA: Batas Waktu Gencatan Senjata Semakin Dekat, Pertempuran Terus Berkecamuk di Ibu Kota SudanPerthes mengatakan pertempuran lima pekan telah menewaskan lebih dari 700 orang, termasuk 190 anak-anak. Enam ribu orang lainnya telah terluka. Lebih dari satu juta orang mengungsi di dalam negeri dan 250 ribu lainnya mengungsi ke luar negeri.
Selain serangan udara dan pertempuran di ibu kota, kawasan Darfur Barat menghadapi dimulainya kembali kekerasan besar-besaran antara kelompok-kelompok masyarakat. Perthes mengatakan ada tanda-tanda mobilisasi suku di wilayah Kordofan Selatan dan Blue Nile juga.
Ia menekankan bahwa gencatan senjata sementara bukanlah tujuan akhir tetapi perangkat untuk maju ke arah pembicaraan mengenai penghentian perang secara permanen dan proses politik baru yang dipimpin dan dilakukan oleh Sudan sendiri. [uh/ab]