Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk kekerasan yang berlangsung di Sudan, kata juru bicaranya, pada Selasa (4/1). Berbicara kepada wartawan di New York, Stephane Dujarric mengatakan PBB sedang memantau dengan cermat situasi yang berlangsung di Sudan saat ini.
Rakyat Sudan turun ke jalan-jalan di ibu kota, Khartoum, dan kota-kota lain pada Selasa (4/1) dalam protes antikudeta sementara negara itu semakin terjerumus dalam kekacauan pasca pengunduran diri perdana menteri pada awal pekan ini.
BACA JUGA: Sedikitnya 3 Orang Tewas dalam Demonstrasi pasca Mundurnya PM SudanPasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di beberapa lokasi di ibu kota, termasuk wilayah di sekitar istana presiden, yang telah menyaksikan bentrokan dalam putaran protes sebelumnya sejak kudeta yang terjadi pada 25 Oktober lalu. Tampak dalam video, pengunjuk rasa melempar batu dan menyemprotkan gas air mata ke arah pasukan keamanan. Belum ada laporan mengenai korban dalam bentrokan tersbeut.
Perdana Menteri Abdalla Hamdok digulingkan dalam kudeta, tetapi sebulan kemudian kembali menjabat setelah tercapainya kesepakatan antara pihak sipil dan militer untuk meredakan ketegangan dan protes antikudeta yang berlagsung di negara tersebut.
Hamdok, pada Minggu (2/1), mengundurkan diri di tengah kebuntuan politik. Ia mengatakan dia gagal menemukan kompromi antara para jenderal yang berkuasa dan gerakan prodemokrasi.
"Sekretaris Jenderal (Guterres.red) mendorong semua pihak untuk terus terlibat dialog yang bermakna guna mencapai solusi yang inklusif, damai dan langgeng," kata Dujarric. [ka/mg]