Gencatan senjata di Yaman yang berlaku hari Senin (11/4) umumnya bertahan meskipun juru bicara PBB mengatakan ada “kantong-kantong kekerasan”.
Pemberontak Houthi yang didukung Iran dan koalisi pimpinan Arab Saudi yang berusaha menyingkirkan pemberontak itu setuju mengadakan gencatan senjata menjelang putaran perundingan berikutnya yang disponsori oleh PBB minggu depan di Kuwait.
Sebagian besar pertempuran hari Senin dilaporkan di kota Taiz dengan satu laporan mengatakan satu orang tewas dan lima lainnya cedera.
Kedua pihak berjanji untuk mematuhi gencatan senjata itu tapi mengatakan akan membalas jika diserang.
Utusan khusus PBB untuk Yaman, Ismail Ould Cheikh Ahmed, mendesak semua pihak untuk bekerja sama memastikan gencatan senjata itu dipatuhi. Ahmed hari Senin mengatakan “sekarang saatnya mundur dari kehancuran."
Pemberontak Houthi merebut ibukota Sana’a tahun 2014, memaksa pemerintah Abdu Rabu Mansour yang diakui internasional melarikan diri ke Arab Saudi sebelum kembali ke kota pelabuhan Aden.
Koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan-serangan udara tahun lalu dan mengirim pasukan daratnya melawan pemberontak Houthi. Serangan-serangan udara dan pertempuran di darat itu telah menciptakan bencana kemanusiaan di Yaman.
Lebih dari 6200 orang tewas dan lingkungan banyak yang hancur. PBB mengatakan lebih dari 80 persen warga sipil Yaman sangat membutuhkan bantuan makanan dan obat-obatan.
Upaya-upaya PBB sebelumnya untuk mencapai penyelesaian damai dan pemerintah persatuan di Yaman gagal. [my/al]