PBB Harapkan Peningkatan ‘Ambisius’ Bantuan Kemanusiaan untuk Suriah

Warga Suriah menunggu untuk menyeberang ke Suriah dari Turki di gerbang perbatasan Oncupinar, dekat kota Kilis, Turki selatan, Selasa, 17 Desember 2024. (Khalil Hamra/AP)

Para pejabat PBB, Selasa (17/12) mengisyaratkan optimisme mengenai akses bagi bantuan kemanusiaan untuk Suriah. Sementara itu, negara-negara Eropa berdialog lebih jauh dengan kelompok pemberontak yang menggulingkan presiden Suriah yang lama berkuasa, Bashar al-Assad, dari kekuasaannya.

Kepala bantuan kemanusiaan PBB Tom Fletcher, Selasa (17/12) mengatakan ia telah melakukan “diskusi konstruktif” dengan pemimpin pemberontak Ahmed al-Sharaa, dan bahwa PBB punya “landasan bagi peningkatan yang ambisius dalam bantuan kemanusiaan yang penting.”

Sekjen PBB Antonio Guterres mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia menyambut baik komitmen dari pemerintah sementara yang dipimpin Mohammed Bashir, perdana menteri sementara Suriah, untuk melindungi para pekerja kemanusiaan, memberi akses kemanusiaan melalui seluruh pos penyeberangan perbatasan, dan untuk mempercepat pemberian izin dan visa bagi para pekerja kemanusiaan.

“Sementara rakyat Suriah meraih kesempatan untuk membangun masa depan yang lebih baik, masyarakat internasional harus mendukung mereka,” kata Guterres.

Utusan khusus Prancis untuk Suriah Jean-Francois Guillaume mengatakan dalam lawatannya ke Suriah, Selasa, bahwa Prancis “bersiap untuk bersama dengan rakyat Suriah” selama periode transisi mereka.

Guillaume termasuk di antara sejumlah utusan terkini yang mengunjungi Suriah untuk melakukan pembicaraan dengan mereka yang memimpin transisi.

Kementerian Luar Negeri Jerman, Selasa (17/12) mengatakan para diplomatnya akan mengadakan pembicaraan pertama mereka dengan para pemimpin pemberontak di Damaskus.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan blok itu telah meningkatkan bantuan kemanusiaannya untuk Suriah, dan bahwa pihaknya harus melihat bagaimana blok itu dapat mendukung ‘aspirasi demokrasi’ Suriah.”

“Assad telah membuktikan berkali-kali bahwa tidak akan pernah ada Suriah yang damai, bersatu dan stabil, begitu pula stabilitas regional, di bawah pemerintahannya,” kata Kallas.

Ia menyebut “momen kesempatan yang bersejarah,” dengan mengatakan bahwa ini adalah “momen penting bagi Suriah dan bagi masyarakat internasional.” [uh/jm]