PBB: Iran Tingkatkan Persediaan Uranium Dekati Level Senjata

Fasilitas Pengayaan Uranium Iran di Natanz, sekitar 322 km di selatan ibu kota Teheran (foto: dok).

Iran telah lebih jauh meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya hingga mendekati level senjata, meskipun ada tuntutan internasional. Hal itu menurut laporan rahasia pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dibaca oleh The Associated Press pada Selasa (19/11).

Laporan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan, bahwa hingga 26 Oktober, Iran memiliki 182,3 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen, meningkat 17,6 kilogram sejak laporan terakhir pada Agustus.

Uranium yang diperkaya pada kemurnian 60 persen hanya selangkah lagi dari level senjata, yaitu pada level 90 persen. IAEA juga memperkirakan dalam laporan triwulanannya bahwa per 26 Oktober, total persediaan uranium yang diperkaya milik Iran mencapai 6.604,4 kilogram, yang merupakan peningkatan sebesar 852,6 kilogram sejak laporan terakhir pada Agustus.

Berdasarkan definisi IAEA, sekitar 42 kilogram uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen adalah jumlah yang secara teoritis memungkinkan untuk membuat satu senjata atom, jika material tersebut diperkaya lebih lanjut, hingga 90 persen.

BACA JUGA: Bicara di Knesset, Netanyahu: Saya dan Trump ‘Sepakat’ tentang Iran

Iran telah menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Tetapi kepala IAEA, Rafael Mariano Grossi, sebelumnya telah memperingatkan, bahwa Teheran memiliki cukup uranium yang diperkaya hingga mendekati level senjata untuk membuat “beberapa” bom nuklir, jika Iran memilih untuk melakukannya.

Dia telah mengakui, bahwa badan PBB tersebut tidak dapat menjamin bahwa tidak ada satu pun sentrifus Iran yang mungkin telah diambil untuk pengayaan rahasia.

IAEA juga melaporkan bahwa Iran telah gagal mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kerja sama, meskipun Grossi telah meminta. Dia telah mengunjungi Iran pekan lalu, untuk berunding dengan Mohammad Eslami dari Organisasi Energi Atom Iran, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, dan Presiden reformis Iran Masoud Pezeshkian.

Namun, IAEA mengatakan dalam laporannya bahwa selama pertemuan tersebut, “kemungkinan Iran tidak lagi menambah persediaan uranium yang diperkaya hingga 60 persen U-235 telah dibahas, termasuk langkah-langkah verifikasi teknis yang diperlukan bagi badan tersebut untuk mengonfirmasi hal ini, jika diterapkan.”

Laporan tersebut mengatakan, bahwa satu hari setelah direktur jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi meninggalkan Iran, pada 16 November, inspektur IAEA memverifikasi bahwa “Iran telah memulai penerapan langkah-langkah persiapan yang bertujuan untuk menghentikan peningkatan persediaan uranium yang diperkaya hingga 60% U-235” di lokasi nuklir bawah tanahnya di Fordow dan Natanz.

Laporan tersebut muncul menjelang pertemuan rutin Dewan Gubernur IAEA pekan ini di Wina. Negara-negara Barat telah mempertimbangkan resolusi yang mengecam Iran, karena gagal meningkatkan kerja sama dengan badan tersebut. [ns/jm]