PBB: Jutaan Rakyat Mali Masih Memerlukan Bantuan

Seorang anak lelaki di kamp para pengungsi dalam negeri di Sevare, Mali.

PBB mengatakan kondisi ratusan ribu orang di Mali masih rentan, meskipun keamanan membaik dan badan-badan bantuan bisa lebih baik menolong rakyat Mali yang memerlukan bantuan.
PBB telah memberikan bantuan 569 juta dolar untuk persediaan makanan, perawatan kesehatan dan bantuan lainnya bagi jutaan rakyat Mali korban konflik bertahun-tahun.

PBB melaporkan Mali telah mengalami perubahan drastis dibanding tahun sebelumnya. Dilaporkan, keamanan umum di seluruh Negara itu meningkat pesat setelah campur tangan pasukan Perancis dan Afrika dalam konflik yang terjadi di Utara.

Meskipun terjadi perubahan-perubahan yang lebih baik, jutaan orang masih terus memerlukan bantuan.

Kordinator kemanusiaan PBB untuk Mali, David Gressly, mengatakan kurangnya hujan tahun lalu telah memperburuk panen. Akibatnya terjadi musim kelaparan, masa di mana persediaan pangan habis mulai awal tahun ini, mungkin Maret atau April.

Ia mengatakan kepada VOA bahwa puluhan ribu anak yang kekurangan gizi akan mati, jika mereka tidak mendapat pertolongan secepatnya.

“Anak-anak itu benar-benar dalam situasi yang sangat sulit. Biaya perawatan sekitar seratus dolar per orang untuk menyelamatkan mereka. Biaya itu tidak mahal dan mungkin kita dapat menyelamatkan mereka, sekitar 50 ribu jiwa tahun ini. Tidak seorangpun tahu kalau mereka mati, karena bisa saja mereka mati di rumah-rumah penduduk,” ujar Gressly.

Ia menambahkan walaupun tidak ada perang di Mali sekarang ini, serangan-serangan di daerah, kejahatan umum dan penggarongan menciptakan ketidakstabilan dan ketidakamanan.

Kaum militan Islam terkait al-Qaida, mengalahkan pemberontak Tuareg yang melawan pemerintah pada tahun 2012 dan merampas wilayah itu. Pasukan Perancis berhasil mengusir mereka. Namun, kelompok-kelompok militan ini tetap berada di utara dan melancarkan serangan sporadis terhadap instalasi-instalasi militer.

“Walaupun mereka tidak banyak mengancam penduduk setempat, keadaan tidak aman itu membuat banyak penduduk enggan untuk kembali ke rumah-rumah mereka,” ujar Gressly.

Dalam kasus para pengungsi dalam negeri atau IDP, Gressly menambahkan bahwa para pengungsi itu tidak mau kembali ke rumah mereka karena takut. Hanya sekitar 15.000 dari 168.000 pengungsi yang mencari suaka ke negara-negara tetangga telah kembali ke Mali.