Badan pengungsi PBB melaporkan lebih dari 2.000 pengungsi dan migran telah kehilangan nyawa mereka di Laut Tengah tahun ini. UNHCR mengatakan jumlah yang tenggelam meningkat tajam, terutama di Laut Tengah.
Pada bulan September, UNHCR mencatat satu dari setiap delapan orang yang melakukan perjalanan berbahaya menuju Italia tewas.
Juru bicara UNHCR Charlie Yaxlie mengatakan peningkatan korban jiwa sebagian besar diakibatkan oleh makin berkurangnya operasi pencarian dan penyelamatan.
BACA JUGA: Uni Eropa Tingkatkan Kerjasama dengan Afrika Terkait Migran“Sehubungan dengan ini, UNHCR terus sangat prihatin mengenai larangan-larangan hukum dan logistik yang diberikan kepada sejumlah LSM yang ingin melakukan operasi pencarian dan penyelamatan, termasuk Aquarius. Larangan-larangan ini berdampak kumulatif di Laut Tengah yang saat ini tidak punya kapal LSM untuk melakukan pencarian dan penyelamatan. ”
Yaxlie mengatakan Penjaga Pantai Libya telah mengambil alih tanggung jawab misi pencarian dan penyelamatan di perairan wilayahnya. Ia mengatakan upaya ini telah menyelamatkan banyak nyawa. Meskipun menyatakan gembira namun ia mengatakan UNHCR prihatin orang-orang yang diselamatkan dibawa kembali ke Libya di mana kondisinya tidak aman.
“Saya kira telah didokumentasikan dengan baik kalau mereka dikembalikan ke Libya, mereka secara rutin ditahan. Ada berbagai laporan pelanggaran HAM. Jadi, kami menganjurkan negara-negara khususnya negara-negara pemukiman kembali agar membantu kami mengevakuasi orang-orang keluar dari tempat-tempat penahanan itu,” tambahnya.
UNHCR mengatakan setiap kapal yang memiliki kemampuan untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan harus diizinkan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ia memperingatkan jika hal sebaliknya yang dilakukan maka akan makin banyak orang yang lari dari penganiayaan, kekerasan, dan kemiskinan meninggal dunia. (my)