Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Libya Georgette Gagnon mengatakan kerusakan yang timbul akibat banjir karena badai Daniel di Kota Derna, Libya timur, “sulit dipahami.”
“Beberapa bagian kota hampir tidak dapat dikenali dan kawasan tersebut sekarang hampir kosong. Orang-orang telah pergi atau mati,” ujar Gagnon.
Para pejabat memperingatkan pada Senin (18/9) bahwa wabah penyakit dapat menciptakan krisis kedua karena diare menyebar di antara mereka yang meminum air yang terkontaminasi.
Amunisi yang tidak meledak juga merupakan ancaman, kata Gagnon karena banyak yang terlepas saat terjadi banjir setelah dua bendungan jebol.
BACA JUGA: Banjir Libya: Sumber Air Bersih Diperiksa, Warga Divaksinasi, Evaluasi BerlanjutSembilan badan PBB yang merespons bencana tersebut berupaya mencegah penyebaran penyakit yang berpotensi menciptakan krisis lain di negara yang hancur itu, yang sejauh ini telah menerima 28 ton pasokan medis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata misi tersebut.
Bencana itu telah membawa persatuan yang jarang terjadi di Libya, yang telah terpecah antara pemerintahan yang bersaing sejak tahun 2014.
Pemerintahan yang berseberangan telah mengerahkan tim kemanusiaan ke kota pelabuhan dan daerah-daerah lain yang terimbas, namun koordinasi yang buruk, kesulitan mengantarkan bantuan ke daerah-daerah yang paling parah terkena dampak banjir, dan hancurnya infrastruktur di Derna, termasuk beberapa jembatan, telah menghambat upaya mereka. [lt/jm]