Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kahwatir akan meningkatnya pertempuran di Myanmar, kata juru bicaranya pada Kamis (12/12), di tengah bentrokan antara pasukan keamanan dan kelompok etnis bersenjata di negara itu.
Pertempuran di negara bagian Rakhine barat "telah menyebabkan penderitaan dan pengungsian warga sipil lebih jauh," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric, sembari menyalahkan "serangan udara tanpa pandang bulu" atas jatuhnya korban sipil di banyak bagian di negara itu.
Pertempuran telah mengguncang Rakhine sejak Tentara Arakan menyerang pasukan keamanan pada November tahun lalu, mengakhiri gencatan senjata yang secara umum telah berlangsung sejak kudeta junta pada 2021.
BACA JUGA: Bank Dunia: Banjir Perburuk Krisis, Ekonomi Myanmar Diprediksi MenyusutPekan ini Tentara Arakan mengklaim kendali penuh atas wilayah utama di sepanjang perbatasan Bangladesh, menambah tekanan lebih lanjut pada junta saat mereka bertempur melawan para musuh di tempat lainnya di seluruh wilayah negera itu.
"Sekretaris jenderal menegaskan kembali seruannya kepada semua pihak yang berkonflik di Myanmar untuk mengakhiri kekerasan dan mengingat kembali semua kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional untuk melindungi warga sipil," kata Dujarric.
Ia meminta semua pihak agar tidak memicu ketegangan antar komunitas. [my/ns]