Lebih dari 10.000 orang di Haiti kehilangan tempat tinggalnya dalam satu minggu terakhir akibat operasi geng bersenjata, di dalam dan di sekitar wilayah ibu kota Port-au-Prince, yang semakin meningkatkan serangan di daerah-daerah yang belum mereka kuasai, menurut perkiraan badan migrasi PBB pada Kamis (24/10).
Badan itu mengatakan pada awal September bahwa lebih dari 700.000 orang kehilangan tempat tinggal dan menjadi terlantar di seluruh negara Karibia tersebut; hampir dua kali lipat dari angka enam bulan sebelumnya.
Berbagai kelompok bersenjata dalam seminggu terakhir ini telah meningkatkan serangannya di sejumlah kota, di mana sebagian besar berada di bawah kendali beberapa kelompok yang tergabung dalam aliansi Viv Ansanm.
Konflik tersebut memicu wabah kelaparan di sejumlah wilayah karena geng-geng itu mengambil alih lahan pertanian dan memblokade jalur transportasi; sementara orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, sering kali menuju ke keluarga angkat atau kamp-kamp sementara, tidak bisa lagi bergantung pada pendapatan tetap untuk membeli makanan.
BACA JUGA: Polisi Kenya Tiba, Haiti Akan Gandakan Kapasitas OperasiMeski PBB telah mengizinkan pasukan internasional untuk membantu polisi Haiti mengambil alih kendali, misi tersebut tidak memiliki sumber daya yang memadai dan hanya membuahkan hasil yang sedikit.
Kepemimpinan Haiti telah meminta pasukan tersebut diubah menjadi misi penjaga perdamaian resmi untuk menopang sumber daya; sebuah inisiatif yang ditolak China dan Rusia bulan lalu. Geng-geng yang sebelumnya menarget polisi nasional, kelompok-kelompok pertahanan diri sipil dan infrastruktur negara, kini juga mulai menarget kendaraan-kendaraan asing.
Kedutaan Besar AS di Haiti mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pada Senin (21/10), dua kendaraan lapis baja mereka menjadi sasaran tembakan geng. Salah satunya terkena beberapa tembakan meskipun tidak ada yang terluka atau cedera.
Menurut laporan Miami Herald, sebuah helikopter PBB dengan 18 orang di dalamnya juga ditembaki dan terkena beberapa kali pada hari Kamis, meskipun tidak ada yang terluka. Kantor PBB di Haiti tidak segera menanggapi permintaan informasi lebih lanjut. [th/ka]