Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menaikkan permintaan bantuan bagi pengungsi Sudan Selatan, setidaknya 1,4 miliar dolar untuk menyediakan makanan, air, dan layanan kesehatan.
Pernyataan PBB hari Senin (15/5) mengatakan, Sudan Selatan "menjadi krisis pengungsi dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan lebih dari 1,8 juta pengungsi termasuk satu juta anak-anak," yang melarikan diri ke Uganda, Sudan, Ethiopia, Kenya, Republik Demokratik Kongo dan Republik Afrika Tengah.
Perang saudara dalam tahun keempat memaksa 1,8 juta orang Sudan Selatan lain mengungsi di dalam negeri. Menurut PBB, situasi di negara itu terus memburuk akibat "kombinasi konflik, kekeringan dan kelaparan."
PBB sebelumnya mengimbau bantuan asing 1,2 miliar dolar.
Kepala Program Pangan Dunia David Beasley menggambarkan penderitaan yang terjadi di Sudan Selatan sebagai "tak terbayangkan," dan menyatakan banyak dari mereka "di ambang kematian."
Konflik itu dipicu bentrokan antara pendukung Presiden Salva Kiir dan rivalnya, kala itu wakil presiden Riek Machar. Kesepakatan damai tahun 2015 gagal ketika terjadi bentrokan baru di ibukota Juli lalu, menewaskan hampir 300 orang.
Badan-badan PBB, UNICEF, UNHCR, dan WFP melaporkan belum mencapai tingkat pendanaan yang diinginkan untuk tahun ini. Menurut badan-badan itu, mereka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan orang-orang Sudan Selatan jika tidak mencapai target pendanaan pada akhir tahun ini. [ka/jm]