Dr. Natalia Kanem, Direktur Eksekutif Dana Populasi PBB (UNFPA), badan PBB untuk kesehatan reproduksi dan seksual, Kamis (11/3), mengatakan kehamilan tidak berhenti karena pandemi atau krisis apapun. “Kita harus memastikan perempuan dan anak perempuan memiliki akses berkelanjutan ke kontrasepsi yang menyelamatkan jiwa dan obat-obatan untuk kesehatan ibu,” katanya dalam suatu pernyataan.
UNFPA melaporkan bahwa hampir 12 juta perempuan di 115 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak mampu mendapatkan akses ke layanan KB selama rata-rata 3,6 bulan sepanjang tahun lalu karena pandemi, mengakibatkan 1,4 juta kehamilan tidak direncanakan.
Namun, lanjut Kanem, masyarakat internasional bersatu untuk mengurangi skenario kasus terburuk meskipun ada hambatan untuk layanan kontrasepsi.
“Sebagai penyedia kontrasepsi terbesar di dunia bagi negara-negara berkembang, UNFPA bekerja bersama dengan mitra-mitranya dari pemerintah, masyarakat madani dan sektor swasta dan mengambil langkah-langkah segera untuk mengurangi dampak pandemi,” sebut badan PBB itu dalam suatu pernyataan.
BACA JUGA: Hari Perempuan Internasional: Perempuan Tekuni Profesi yang Didominasi Pria“UNFPA mendapat dana awal dari pemerintah, menambah lebih banyak lagi pemasok dalam daftar dan memantau dengan cermat tingkat persediaan global, mentransfer kelebihan cadangan ke negara-negara yang sangat membutuhkannya, demikian beberapa langkah yang diambil. Hasil dari komitmen bersama dan tindakan cepat ini, gangguan dalam akses ke KB tidak separah yang semestinya.”
“Singsingkan lengan baju dan lakukan bagian Anda,” kata mantan Presiden AS George Bush dalam iklan layanan masyarakat baru, yang berisikan desakan bagi rakyat Amerika untuk mendapat vaksinasi virus corona. Bush dan istrinya Laura ditampilkan dalam video itu bersama dengan tiga mantan presiden AS lainnya – Barack Obama, Bill Clinton dan Jimmy Carter – dan istri-istri mereka – Michelle Obama, Hillary Clinton dan Rosalyn Carter.
“Vaksin artinya harapan,” kata mantan presiden Obama dalam iklan tersebut.
BACA JUGA: Uni Eropa Setujui Vaksin Tunggal Johnson & JohnsonDenmark, Norwegia dan Irlandia untuk sementara telah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca selagi pihak berwenang menyelidiki apakah vaksin itu terkait dengan penggumpalan darah. Ada 30 kasus penggumpalan darah yang dilaporkan dari lima juta dosis vaksin yang telah diberikan. Badan Kesehatan Eropa mengemukakan dalam suatu pernyataan “manfaat vaksin terus melampaui risikonya dan vaksin dapat terus diberikan sementara penyelidikan kasus penggumpalan darah dilakukan.”
Austria, Estonia, Italia, Latvia, Luksemburg dan Lithuania melarang imunisasi dari satu juta dosis vaksin AstraZeneca yang dikirim ke 17 negara. Bulgaria Jumat menyatakan telah menangguhkan imunisasi hingga EMA menyusun laporan mengenai keampuhan vaksin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (12/3) menyatakan tidak ada alasan untuk berhenti menggunakan vaksin AstraZeneca. Seorang juru bicara PM Inggris Boris Johnson mengatakan vaksin AstraZeneca yang dikembangkan di Inggris, “aman dan efektif” dan mendesak orang-orang agar menerima vaksin itu “dengan percaya diri.”
Tanzania tidak melaporkan satu pun kasus COVID-19 sejak Mei. Namun, sebut BBC, kurangnya laporan mengenai hal itu bisa menyesatkan. Kantor berita itu menyatakan telah berbicara dengan seorang dokter di Dar es Salaam, kota terbesar di Tanzania, yang mengatakan telah ada kenaikan nyata jumlah pasien dengan gejala gangguan pernapasan dan pasien yang membutuhkan oksigen. “Kami tidak mendapat pedoman mengenai cara merawat pasien,” kata dokter itu kepada BBC.
India melaporkan lebih dari 23 ribu kasus baru COVID-19 pada hari Jumat.
Putri Victoria dari Swedia, dinyatakan positif terjangkit virus corona. Ia adalah calon pewaris takhta kerajaan Swedia. Suaminya, Pangeran Daniel, juga dinyatakan positif terjangkit. Kerajaan Swedia Kamis menyatakan pasangan itu dan kedua anak mereka kini dalam karantina.
Johns Hopkins Coronavirus Resource Center melaporkan lebih dari 118 juta kasus COVID-19 pada hari Jumat (12/3). AS, dengan 29,2 juta kasus, mencatat kasus terbanyak di dunia, diikuti oleh India dengan 11,3 juta kasus dan Brasil dengan 11,2 juta kasus. [uh/ab]