Pandemi virus corona akan menyebabkan hilangnya pendapatan $2 triliun dalam sektor pariwisata global pada tahun 2021, kata badan pariwisata PBB pada Senin (29/11), seraya menyebut kepulihan sektor itu “rapuh” dan “lambat.”
Perkiraan Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) yang berbasis di Madrid itu muncul sementara Eropa berjuang keras menghadapi lonjakan infeksi dan sewaktu varian baru COVID-19, omicron, menyebar ke seluruh dunia.
Kedatangan turis internasional tahun ini akan tetap 70-75 persen di bawah 1,5 miliar kedatangan yang tercatat pada tahun 2019 sebelum pandemi melanda, penurunan serupa pada tahun 2020, kata badan dunia itu.
Sektor pariwisata global sekarang ini telah kehilangan $2 triliun pendapatan tahun lalu akibat pandemi, sebut badan dunia itu. Pariwisata termasuk salah satu sektor yang terpukul paling keras oleh krisis kesehatan ini.
BACA JUGA: Industri Bus Wisata New York Rugi Miliaran Dolar akibat PandemiMeskipun badan dunia yang bertugas mempromosikan pariwisata itu tidak memiliki perkiraan bagaimana kinerja sektor ini tahun depan, prospek jangka menengahnya tidak begitu menggembirakan.
“Terlepas dari perbaikan belakangan ini, tingkat vaksinasi yang tidak merata di seluruh dunia dan galur baru COVID-19” seperti varian delta dan omicron “dapat berdampak terhadap pemulihan yang sekarang berlangsung lambat dan rapuh,” sebut badan itu dalam sebuah pernyataan.
Diterapkannya pembatasan baru terkait virus dan lockdown di beberapa negara dalam beberapa pekan ini menunjukkan betapa “ini adalah situasi yang sangat sulit diprediksi,” kata kepala badan dunia itu, Zurab Pololikashvili, kepada AFP.
“Ini adalah krisis historis dalam industri pariwisata, tetapi lagi-lagi, pariwisata memiliki kekuatan untuk pulih dengan cukup cepat,” tambahnya menjelang dimulainya sidang umum tahunan WTO di Madrid pada Selasa (30/11). “Saya benar-benar berharap tahun 2022 akan jauh lebih baik daripada tahun 2021.”
Meskipun pariwisata internasional pernah terpukul karena wabah penyakit pada masa lalu, virus corona menyebar begitu luas, tidak seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Selain restriksi perjalanan terkait virus, sektor ini juga berjuang keras menghadapi tekanan ekonomi karena pandemi, lonjakan harga minyak dan terganggunya rantai pasokan, sebut WTO.
Pololikashvili mendesak negara-negara agar menyelaraskan restriksi dan protokol virus karena turis “bingung dan tidak tahu bagaimana melakukan perjalanan.”
Kedatangan turis internasional “naik kembali” pada musim panas di Belahan Bumi Utara berkat meningkatnya kepercayaan diri untuk bepergian, vaksinasi yang pesat dan dilonggarkannya pembatasan masuk di banyak negara, kata badan dunia itu.
Kedatangan di beberapa pulau di Karibia dan Asia Selatan, serta di beberapa tujuan wisata di bagian selatan Eropa, mendekati, atau bahkan kadang-kadang melampaui level prapandemi pada kuartal ketiga.
Namun negara-negara lain, jarang melihat kedatangan turis sama sekali, terutama di Asia dan Pasifik, di mana kedatangan turun 95 persen dibandingkan dengan tahun 2019, karena banyak tujuan wisata tetap tertutup bagi perjalanan nonesensial.
Total 46 destinasi – 21 persen dari destinasi di seluruh dunia – sekarang ini menutup sama sekali perbatasannya bagi turis, menurut WTO.
Sementara itu, 55 lainnya menutup sebagian perbatasannya bagi pengunjung asing, dan hanya empat negara yang telah mencabut semua restriksi terkait virus – Colombia, Costa Rica, Republik Dominika dan Meksiko.
Masa depan sektor perjalanan akan menjadi fokus dalam sidang umum tahunan WTO, yang akan berlangsung hingga Jumat. [uh/ab]