Program Pangan Dunia memperingatkan krisis kemanusiaan di Ukraina mengancam kekurangan pangan yang parah dan kelaparan akut di sana, serta berisiko memicu lonjakan kelaparan dan kekurangan gizi global.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan jutaan orang Ukraina mengungsi dari rumah mereka, memaksa mereka bersembunyi di tempat perlindungan bom dan kesulitan mendapatkan makanan dan air.
Jakob Kern, koordinator darurat Program Pangan Dunia (WFP) untuk Ukraina mengatakan perang itu telah menjerumuskan banyak orang ke ambang kelaparan. Ia mengatakan perang itu juga mengancam ketahanan pangan secara global, terutama di titik-titik rawan kelaparan.
BACA JUGA: Perang Ukraina Perparah Krisis Kelaparan di YamanBerbicara dari kantor regional WFP di Krakow, Polandia, Kern mengatakan badan tersebut telah mengirim makanan yang cukup untuk memberi makan 3 juta orang selama sebulan.
“Rantai pasokan makanan negara ini berantakan. Pergerakan barang melambat karena ketidakamanan dan keengganan pengemudi untuk berkendara ke tempat-tempat seperti Dnipro apalagi Mariupol atau Sumi. Kami telah menempatkan bahan makanan, tepung terigu untuk toko-toko roti, dan ransum di dekat kota-kota yang dikepung untuk didistribusikan oleh mitra-mitra dan pemerintah kota,” ujarnya.
Wilayah cekungan yang disebut Black Sea Basin, dikenal sebagai lumbung roti Eropa. Wilayah ini merupakan salah satu dari daerah-daerah penghasil biji-bijian dan pertanian yang terpenting dan jalur perdagangan biji-bijian global. Pasukan Rusia dilaporkan telah menahan hingga 300 kapal meninggalkan kawasan Laut Hitam itu.
Your browser doesn’t support HTML5
Kern mengatakan harga makanan dan bahan bakar melonjak, menyebabkan jutaan orang berisiko kelaparan di Ukraina dan khususnya di negara-negara Timur Tengah serta Afrika Utara yang rentan.
“Dampak konflik di Ukraina meluas ke luar negara itu, memicu gelombang kelaparan besar-besaran di seluruh dunia. Rusia dan Ukraina sendiri menyumbang hampir 30% dari perdagangan gandum global. Pengiriman itu sekarang tertunda. Ukraina juga sebenarnya adalah produsen dan pengekspor gandum nomor 5 di dunia. Jadi (konflik ini) berdampak besar,” imbuhnya.
Sebagai contohnya, Kern mengatakan Mesir mengimpor 80% lebih gandumnya dari Ukraina dan Lebanon mengimpor lebih dari 50%. Ia mengatakan kedua negara ini dan negara-negara lain seperti Tunisia, Aljazair dan Yaman yang bergantung pada gandum Ukraina harus mencari sumber lain, mendorong harga pangan semakin mahal.[my/lt]