PBB: Perang Ukraina Dapat Picu Produksi Narkoba Ilegal

Seorang petani memanen getah opium di ladang opium di Distrik Darra-i-Nur, Proivinsi Nangarhar, Afghanistan, pada 10 Mei 2020. (Foto: AFP/Noorullah Shirzada)

PBB pada Senin (27/6) memperingatkan bahwa perang di Ukraina dapat menyebabkan produksi narkoba ilegal terus merajalela, sementara masa depan pasar opium bergantung pada nasib Afghanistan yang sedang dilanda krisis.

Pengalaman sebelumnya dari Timur Tengah dan Asia Tenggara mengisyaratkan zona konflik bisa bertindak sebagai "magnet" untuk membuat narkoba sintetis, yang bisa diproduksi di mana saja, kata Kantor PBB Urusan Obat-obatan dan Kejahatan (UNODC) dalam laporan tahunannya. "Efeknya mungkin lebih besar ketika area konflik dekat dengan pasar konsumen yang besar."

BACA JUGA: Thailand Legalkan Konsumsi Mariyuana pada Makanan dan Minuman

UNODC mengatakan jumlah laboratorium amfetamin yang dibongkar di Ukraina naik dari 17 pada 2019 menjadi 79 pada 2020, jumlah terbanyak yang dilaporkan di negara manapun pada 2020.

Kapasitas Ukraina untuk memproduksi obat-obatan sintetis bisa naik selama perang berlanjut, tambahnya.

"Tidak ada polisi yang berkeliaran dan menyetop laboratorium" di zona konflik, kata pakar UNODC Angela Me kepada AFP.

BACA JUGA: YouTuber Afghanistan Ditangkap karena Diduga Menghina Al-Qur'an

Situasi di Afghanistan, yang memproduksi 86 persen opium dunia pada 2021, akan membentuk perkembangan pasar opium, tambah laporan PBB itu.

Laporan tersebut menambahkan bahwa krisis kemanusiaan di negara itu dapat mendorong penanaman opium ilegal, bahkan setelah pihak berwenang Taliban melarang budidaya opium awal April lalu. [vm/pp]