PBB mengatakan produksi candu di Burma terus meningkat tahun 2013, sebagian karena petani candu hampir tidak mempunyai cara lain untuk mencari nafkah.
PBB mengatakan produksi opium di Burma terus meningkat tahun 2013, antara lain karena para petani candu tidak punya banyak pilihan untuk mencari nafkah.
Dalam sebuah laporan tahunan, Badan PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan UNODC memperkirakan Burma memproduksi 870 ton opium tahun 2013, jumlah tertinggi sejak PBB mulai mencatatnya tahun 2002.
Burma adalah negara kedua setelah Afghanistan yang menanam opium terbanyak – bahan penting untuk membuat heroin dan narkoba.
Tahun 1999 Burma berjanji untuk memberantas produksi opium selambat-lambatnya tahun 2014. Tetapi produksi opium justru telah meningkat selama tujuh tahun berturut-turut.
Jason Eligh – manajer UNODC untuk Burma memberitahu VOA, gagasan Burma yang bebas narkoba “masih sangat panjang”.
Salah satu masalah utamanya – ujar Eligh – adalah karena candu adalah satu-satunya sumber mata pencaharian yang memadai bagi sebagian besar petani Burma, negara termiskin di Asia Tenggara.
Tahun demi tahun laporan UNODC mendapati produksi opium juga terkait dengan kerusuhan etnis di daerah perbatasan di timur laut Burma.
Sebagian besar ladang opium ilegal Burma ditemukan di negara bagian Kachin dan Shan, di mana aksi kekerasan antar kelompok gerilyawan dan tentara telah berkecamuk selama 50 tahun.
Pemerintah Burma telah berupaya mencapai perjanjian damai dengan sebagian besar kelompok pemberontak, meskipun pertempuran tetap terjadi di beberapa daerah.
Upaya-upaya damai tersebut merupakan bagian dari reformasi ekonomi dan politik yang lebih besar di Burma, dan juga keterbukaan setelah puluhan tahun di bawah pemerintahan militer.
Tetapi meski prasarana kawasan membaik, Eligh mengatakan hal ini juga memberi lebih banyak kesempatan bagi para penjahat untuk mengeruk keuntungan dari perdagangan narkoba ilegal.
Laporan PBB juga menyebut soal meningkatnya tuntutan narkoba ilegal di negara-negara berdekatan dengan Burma – seperti China – sebagai sesuatu yang semakin memperburuk masalah candu di Burma. Burma yang berbatasan dengan Laos dan Thailand – yang kerap disebut sebagai “daerah segitiga emas” – merupakan salah satu daerah penghasil opium paling luas di dunia.
Dalam sebuah laporan tahunan, Badan PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan UNODC memperkirakan Burma memproduksi 870 ton opium tahun 2013, jumlah tertinggi sejak PBB mulai mencatatnya tahun 2002.
Burma adalah negara kedua setelah Afghanistan yang menanam opium terbanyak – bahan penting untuk membuat heroin dan narkoba.
Tahun 1999 Burma berjanji untuk memberantas produksi opium selambat-lambatnya tahun 2014. Tetapi produksi opium justru telah meningkat selama tujuh tahun berturut-turut.
Jason Eligh – manajer UNODC untuk Burma memberitahu VOA, gagasan Burma yang bebas narkoba “masih sangat panjang”.
Salah satu masalah utamanya – ujar Eligh – adalah karena candu adalah satu-satunya sumber mata pencaharian yang memadai bagi sebagian besar petani Burma, negara termiskin di Asia Tenggara.
Tahun demi tahun laporan UNODC mendapati produksi opium juga terkait dengan kerusuhan etnis di daerah perbatasan di timur laut Burma.
Sebagian besar ladang opium ilegal Burma ditemukan di negara bagian Kachin dan Shan, di mana aksi kekerasan antar kelompok gerilyawan dan tentara telah berkecamuk selama 50 tahun.
Pemerintah Burma telah berupaya mencapai perjanjian damai dengan sebagian besar kelompok pemberontak, meskipun pertempuran tetap terjadi di beberapa daerah.
Upaya-upaya damai tersebut merupakan bagian dari reformasi ekonomi dan politik yang lebih besar di Burma, dan juga keterbukaan setelah puluhan tahun di bawah pemerintahan militer.
Tetapi meski prasarana kawasan membaik, Eligh mengatakan hal ini juga memberi lebih banyak kesempatan bagi para penjahat untuk mengeruk keuntungan dari perdagangan narkoba ilegal.
Laporan PBB juga menyebut soal meningkatnya tuntutan narkoba ilegal di negara-negara berdekatan dengan Burma – seperti China – sebagai sesuatu yang semakin memperburuk masalah candu di Burma. Burma yang berbatasan dengan Laos dan Thailand – yang kerap disebut sebagai “daerah segitiga emas” – merupakan salah satu daerah penghasil opium paling luas di dunia.