Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan pada Senin (27/5) bahwa mereka telah meraih dana senilai US$4,8 miliar, dalam bentuk janji pendanaan baru untuk menutup kesenjangan digital global. Dengan tambahan itu, total janji pendanaan PBB untuk hal ini telah mencapai $50 miliar.
Sekitar 2,6 miliar orang, atau sepertiga dari populasi global, masih belum memiliki koneksi pada 2023, menurut data dari Serikat Telekomunikasi Internasional (ITU), badan PBB untuk bidang telekomunikasi.
“Menutup kesenjangan global membutuhkan upaya bersama, dan hari ini kita menorehkan kemenangan besar bagi konektivitas global,” kata kepala ITU, Doreen Bogdan-Martin dalam sebuah pernyataan.
ITU telah memimpin berbagai upaya untuk memperbaiki situasi, di mana sepertiga dari populasi dunia tidak pernah terhubung dengan internet, dan telah diabaikan dari manfaat yang bisa diberikan oleh digitalisasi.
Pada 2011, badan PBB yang berbasis di Jenewa ini meluncurkan program Partner2Connect Digital Coalition, dengan tujuan untuk menggunakan kemitraan pemerintah dan pihak swasta untuk membantu meningkatkan digitalisasi di komunitas yang paling sulit untuk terkoneksi di dunia.
Lembaga ini telah menetapkan pengumpulan dana $100 miliar hingga 2026, dan pada Senin, ITU memuji bahwa saat ini sudah lebih dari separuh terkumpul dari target yang ditetapkan itu, dengan total janji anggaran mencapai $50,96 miliar sampai saat ini.
Janji baru itu diumumkan pada hari pertama KTT Dunia Masyarakat Informasi (WSIS) tahun ini, yang diselenggarakan oleh ITU di Jenewa pekan ini.
BACA JUGA: Elon Musk Umbar Janji Investasi Jangka Panjang ke JokowiDi antara komitmen itu, berasal dari perusahaan telekomunikasi raksasa AS, AT&T sebesar $3 miliar.
Perusahaan tersebut, yang sebelumnya telah menjanjikan dana $2 miliar bagi proyek itu, berjanji untuk membantuk 25 juta warga di area yang paling sulit terkoneksi di AS, untuk bisa dan terus terkoneksi hingga 2030.
Sementara itu, pemerintah Kanada menjanjikan dana sebesar $1,46 miliar untuk investasi dalam infrastruktur komputasi, untuk mendukung bisnis kecerdasan buatan (AI) dan para peneliti di negara tersebut.
Kanada juga berkomitmen untuk membelanjakan dana tambahan $292 juta antara lain untuk membantu memfasilitasi adopsi AI di seluruh perekomian negara, dan menciptakan Institut Keamanan AI Kanada yang baru, untuk meneliti dan melindungi risiko sistem AI yang canggih.
Dan Elle International menyampaikan tiga janji senilai total $106 juta, untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan bagi 20 juta perempuan dan anak perempuan di Afrika Selatan, melalui penyediaan berbagai platform digital, solusi pintar, data dan berbagai model AI.
“Karena kepemimpinan, visi dan ambisi dari pihak-pihak yang menjanjikan P2C, jutaan orang akan menerima kesempatan untuk memiliki akses lebih, teknologi digital yang lebih terjangkau bagi pertumbuhan sosioekonomi, meningkatkan kesehatan dan semua hal yang menjadikan konektivitas menjadi penuh makna,” kata Bogdan-Martin. [ns/jm]