Kepala badan HAM PBB, Navi Pillay menyerukan penyelidikan independen terhadap pembantaian puluhan warga sipil minggu lalu di Houla, Suriah.
Seruan penyelidikan independen atas tewasnya warga sipil Suriah ini dikemukakan, sementara para aktivis Suriah hari Jumat ini melaporkan sedikitnya 12 lagi warga sipil tewas.
Komentar Navi Pillay itu diberikan dalam penyataan kepada Dewan Hak Asasi PBB yang mengadakan sidang darurat hari Jumat di Jenewa guna membahas pembantaian 25 Mei yang menewaskan 108 orang, hampir separuhnya anak-anak. Pillay meminta pemerintah Suriah agar memberikan akses penuh untuk melaksanakan penyelidikan terkait pembantaian, yang dapat digolongkan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pembunuhan di Houla telah memicu kemarahan luas, dengan beberapa diplomat terkemuka menyerukan agar koalisi internasional mencopot Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan tindakan PBB itu menyuarakan pesan kepada rakyat Suriah bahwa dunia berdiri tegak di samping rakyat Suriah dan tidak akan mengabaikan penderitaan mereka.
Pembunuhan di Houla telah memicu kemarahan luas, dan para diplomat terkemuka menyerukan agar koalisi internasional mencopot Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan.
Presiden Prancis Francois Hollande hari Jumat mengatakan setiap solusi bagi krisis Suriah menghendaki mundurnya Bashar al-Assad. Tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah pertemuan dengan Hollande di Paris, kembali menolak penggunaan kekuatan di Suriah, meskipun ia mengatakan kepada wartawan bahwa Moskow melihat mulai munculnya unsur-unsur perang saudara di negara itu.
Kedua pemimpin itu mengeluarkan pernyataan bersama yang mendorong solusi politik dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh utusan PBB dan Liga Arab Kofi Annan sebagai titik awal.
Mantan sekretaris jenderal PBB Kofi Annan menyuarakan kekhawatiran tentang rencananya. Berbicara kepada wartawan di Beirut, Annan mengatakan dia tidak sabar dan frustrasi dengan perwujudan rencana perdamaian yang lambat, sejak pertama kali dikemukakannya enam pekan lalu.
Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan berlanjutnya kekerasan dan pembunuhan dapat menjerumuskan Suriah ke dalam perang sipil, bencana yang tidak akan pernah pulih.
Dewan Hak Asasi PBB sedang membahas resolusi yang diajukan Amerika, Turki, dan Qatar, yang mengutuk pembantaian yang memicu kemarahan masyarakat internasional dan menghidupkan kembali upaya untuk membendung konflik 15 bulan di Suriah.
Sementara itu, aktivis oposisi, hari Jumat melaporkan apa yang mereka katakan pembunuhan massal warga sipil. Sipan Hassan dari Syrian Observatory for Human Rights, organisasi HAM berbasis di Inggris, mengatakan kepada VOA bahwa orang bersenjata tak dikenal menewaskan 12 pekerja di dekat kota Qusair di provinsi Homs, Kamis.
Menurut laporan itu, para pekerja di pabrik pupuk milik negara ditembak setelah bus mereka dipaksa berhenti di sebuah pos pemeriksaan di pinggiran Qusair. Organisasi HAM itu mengatakan kepada VOA daerah tersebut mengalami peningkatan aksi kekerasan dalam beberapa hari terakhir antara kelompok oposisi dan pemerintah.
Komentar Navi Pillay itu diberikan dalam penyataan kepada Dewan Hak Asasi PBB yang mengadakan sidang darurat hari Jumat di Jenewa guna membahas pembantaian 25 Mei yang menewaskan 108 orang, hampir separuhnya anak-anak. Pillay meminta pemerintah Suriah agar memberikan akses penuh untuk melaksanakan penyelidikan terkait pembantaian, yang dapat digolongkan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pembunuhan di Houla telah memicu kemarahan luas, dengan beberapa diplomat terkemuka menyerukan agar koalisi internasional mencopot Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan tindakan PBB itu menyuarakan pesan kepada rakyat Suriah bahwa dunia berdiri tegak di samping rakyat Suriah dan tidak akan mengabaikan penderitaan mereka.
Pembunuhan di Houla telah memicu kemarahan luas, dan para diplomat terkemuka menyerukan agar koalisi internasional mencopot Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kekuasaan.
Presiden Prancis Francois Hollande hari Jumat mengatakan setiap solusi bagi krisis Suriah menghendaki mundurnya Bashar al-Assad. Tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah pertemuan dengan Hollande di Paris, kembali menolak penggunaan kekuatan di Suriah, meskipun ia mengatakan kepada wartawan bahwa Moskow melihat mulai munculnya unsur-unsur perang saudara di negara itu.
Kedua pemimpin itu mengeluarkan pernyataan bersama yang mendorong solusi politik dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh utusan PBB dan Liga Arab Kofi Annan sebagai titik awal.
Mantan sekretaris jenderal PBB Kofi Annan menyuarakan kekhawatiran tentang rencananya. Berbicara kepada wartawan di Beirut, Annan mengatakan dia tidak sabar dan frustrasi dengan perwujudan rencana perdamaian yang lambat, sejak pertama kali dikemukakannya enam pekan lalu.
Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan berlanjutnya kekerasan dan pembunuhan dapat menjerumuskan Suriah ke dalam perang sipil, bencana yang tidak akan pernah pulih.
Dewan Hak Asasi PBB sedang membahas resolusi yang diajukan Amerika, Turki, dan Qatar, yang mengutuk pembantaian yang memicu kemarahan masyarakat internasional dan menghidupkan kembali upaya untuk membendung konflik 15 bulan di Suriah.
Sementara itu, aktivis oposisi, hari Jumat melaporkan apa yang mereka katakan pembunuhan massal warga sipil. Sipan Hassan dari Syrian Observatory for Human Rights, organisasi HAM berbasis di Inggris, mengatakan kepada VOA bahwa orang bersenjata tak dikenal menewaskan 12 pekerja di dekat kota Qusair di provinsi Homs, Kamis.
Menurut laporan itu, para pekerja di pabrik pupuk milik negara ditembak setelah bus mereka dipaksa berhenti di sebuah pos pemeriksaan di pinggiran Qusair. Organisasi HAM itu mengatakan kepada VOA daerah tersebut mengalami peningkatan aksi kekerasan dalam beberapa hari terakhir antara kelompok oposisi dan pemerintah.