PBB: Sisa-Sisa Amunisi Peledak Tewaskan Anak-Anak Suriah

FILE - Anak-anak di tengah reruntuhan di pinggiran timur laut Damaskus, Qaboun, yang hampir seluruhnya rata dengan tanah selama lebih dari satu dekade perang saudara di Suriah, 5 Januari 2025. (Omar HAJ KADOUR / AFP)

Lebih dari 100 anak-anak tewas atau terluka di Suriah bulan lalu akibat ranjau dan sisa-sisa bahan peledak yang tersebar di seluruh negeri setelah hampir 14 tahun perang sipil, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa (14/1).

Badan Anak-Anak PBB (UNICEF) memperingatkan bahwa anak-anak Suriah “terus menanggung dampak brutal dari amunisi yang tidak meledak (unexploded ordnance/UXO) pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan.”

Amunisi yang tidak meledak, disebut UXO, termasuk senjata peledak seperti bom, peluru, granat, ranjau darat, dan munisi curah yang gagal meledak ketika digunakan, tetapi tetap berbahaya hingga puluhan tahun lamanya.

Selama Desember saja, ketika Suriah diguncang gejolak politik usai penggulingan cepat rezim Bashar al-Assad, UNICEF menerima laporan 116 anak tewas atau terluka akibat UXO.

“Rata-ratanya hampir empat anak per hari,” kata Manajer Komunikasi Darurat UNICEF, Ricardo Pires, kepada wartawan di Jenewa melalui sambungan video dari Damaskus, seraya menambahkan bahwa “angka ini diyakini masih di bawah kenyataan sebenarnya.”

“Di seluruh Suriah, anak-anak menghadapi ancaman yang mengintai, sering kali tak terlihat, dan sangat mematikan.”.”

FILE - Anak-anak Suriah bermain di reruntuhan rumah yang hancur di Damaskus, pada 19 Oktober 1973 setelah serangan Israel ke ibu kota selama Perang Yom Kippur. (AFP)

Setelah hampir 14 tahun perang sipil yang brutal berlangsung, merenggut nyawa lebih dari 500.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi, ada sekitar 324.000 UXO tersisa di seluruh Suriah, jelas Pires.

“Dalam sembilan tahun terakhir, sedikitnya 422.000 insiden yang melibatkan UXO dilaporkan di 14 provinsi di seluruh negeri,” katanya. “Sekitar separuh insiden itu diperkirakan berujung pada jatuhnya korban anak-anak.

Ia juga menyoroti bahwa bahaya semakin meningkat seiring gelombang pengungsian baru, setelah pemberontak yang dipimpin kelompok Islamis melancarkan serangan pada 27 November untuk menggulingkan Assad hanya 11 hari kemudian.

Sejak itu, katanya, “lebih dari seperempat juta anak terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat eskalasi konflik.”

“Bagi anak-anak ini, maupun mereka yang berupaya kembali ke daerah asalnya, ancaman UXO terus membayangi dan tidak terelakkan,” ujar Pires.

UNICEF menekankan perlunya peningkatan dramatis dalam pembersihan ranjau dan sisa-sisa bahan peledak. “Sangat penting untuk segera mengucurkan dana agar tanah bisa dibersihkan dari bahan peledak,” kata Pires, memperingatkan bahwa sekitar lima juta anak-anak saat ini tinggal di area terkontaminasi.

“Inilah penyebab utama jatuhnya korban anak di Suriah saat ini,” ujarnya.
“Setiap langkah yang mereka ambil membawa risiko tragedi yang tak terbayangkan.”

Juru bicara UNICEF, James Elder, mengatakan bahwa investasi hanya puluhan juta dolar bisa membawa perubahan besar. “Itu akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menjadi bagian krusial jika Suriah ingin kembali menjadi negara berpendapatan menengah,” katanya kepada wartawan. “Harga yang harus dibayar ini sesungguhnya sangat murah.” [th/jm]