PBB, pada Senin (13/11), memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk, karena truk bantuan akan berhenti bergerak pada hari Selasa (14/11) tanpa adanya pasokan bahan bakar yang lebih banyak. PBB juga menyebutkan bahwa sumur-sumur di wilayah itu tidak bisa memompa air, dan pemadaman telekomunikasi akan segera terjadi.
“Gencatan senjata kemanusiaan, bahan bakar, pasokan – semua ini harus dilakukan sekarang,” kata Andrea De Domenico, kepala kantor kemanusiaan PBB di Yerusalem Timur kepada wartawan dalam jumpa pers melalui video. “Kita kehabisan waktu sebelum benar-benar menghadapi bencana besar.”
Ia mengatakan 76 truk berisi makanan, obat-obatan, pasokan kesehatan, air kemasan, selimut dan pasokan mendesak lainnya menyeberang dari Mesir ke Gaza pada hari Minggu (12/11), namun pada Selasa truk-truk tersebut bisa berhenti karena tidak ada pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan.
BACA JUGA: Jokowi Minta Biden Hentikan Kekejaman di Gaza“Truk-truk yang akan tiba mulai besok, tidak bisa kami bongkar begitu saja karena kami tidak punya bahan bakar untuk forklift dan kami tidak punya bahan bakar untuk truk-truk yang menyalurkan bantuan itu kepada masyarakat yang membutuhkan, ”kata De Domenico.
Israel telah melarang pengiriman bahan bakar dan mengatakan Hamas akan mengalihkannya untuk mesin perang mereka.
Pasukan Pertahanan Israel telah memerangi Hamas, kelompok yang ditetapkan AS sebagai teroris itu, selama lebih dari sebulan, sejak mereka menerobos kota-kota Israel pada tanggal 7 Oktober, membantai 1.200 orang dan menculik 240 lainnya.
Seluruh wilayah Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, mengalami pemadaman listrik selama lebih dari satu bulan, melumpuhkan pekerjaan rumah sakit dan menutup pabrik desalinasi, sumur air kota, dan toko roti.
Penyedia telekomunikasi Palestina, Paltel, mengatakan pihaknya menghadapi pemadaman total mulai Kamis jika tidak menerima pasokan bahan bakar.
“Situasinya benar-benar mengerikan,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan. “Kami sangat prihatin dengan apa yang mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.”
Pengungsian dari utara
Di wilayah utara, ribuan warga Gaza memanfaatkan jeda singkat dalam perang yang dilakukan Israel baru-baru ini untuk bergerak ke wilayah selatan menuju wilayah yang lebih aman, dan sebagian besar dari mereka pergi dengan berjalan kaki. Namun ratusan ribu orang yang tertinggal menghadapi situasi yang semakin buruk karena pertempuran semakin intensif dan persediaan kebutuhan sehari-hari telah habis.
De Domenico mengatakan tidak ada truk bantuan yang dapat menyeberang ke utara setidaknya dalam lima hari, sejak militer Israel mulai mendekati jantung Kota Gaza, sehingga terlalu berbahaya bagi lembaga kemanusiaan untuk bergerak.
Tidak ada toko roti yang beroperasi sejak 7 November, dan daerah tersebut mengalami pemadaman listrik dan air bersih selama lebih dari satu bulan. Program Pangan Dunia (WFP) telah menyatakan kekhawatirannya atas kemungkinan terjadinya malnutrisi dan kelaparan di wilayah tersebut.
Sejumlah rumah sakit mengalami peningkatan aksi pemboman dan bentrokan, yang menyebabkan staf, pasien, dan pengungsi sipil yang berlindsung di kompleks rumah sakit mereka berada dalam bahaya yang semakin besar. Pasien yang mengalami sakit paling parah di unit perawatan intensif dan sejumlah bayi baru lahir di unit kelahiran prematur akan menghadapi kematian jika mesin yang membantu mereka bertahan hidup dimatikan karena kekurangan bahan bakar.
PBB mengatakan sekitar 627.000 dari 1,6 juta pengungsi Gaza berlindung di fasilitas PBB di Gaza tengah dan selatan, dan sekitar 160.000 orang di utara. Mereka memperingatkan bahwa tidak ada tempat di Jalur Gaza yang aman.
Pada hari Minggu, sebuah wisma UNRWA di kota selatan Rafah yang menampung staf internasional terkena tiga serangan langsung dari tembakan angkatan laut Israel. Badan tersebut, yang membantu warga Palestina, mengatakan tidak ada staf yang terluka, karena mereka baru berangkat untuk melakukan kerja lapangan 90 menit sebelum serangan berlangsung, namun bangunan tersebut mengalami kerusakan yang parah. UNRWA mengatakan pihak-pihak yang berkonflik mengetahui koordinat semua lokasi mereka berada.
Pada hari Senin, bendera PBB dikibarkan setengah tiang di kantor pusat organisasi tersebut di New York dan di tempat tugas di seluruh dunia untuk menghormati 102 staf UNRWA Palestina yang terbunuh sejak 7 Oktober. [my/lt]