Inisiatif yang menandai upaya kelima untuk memulihkan keseimbangan alam di kawasan itu, dilakukan ketika hutan Libya menghadapi ancaman besar akibat kekeringan dan deforestasi yang dengan cepat mengurangi lahan hijau di negara itu.
“Akibat perubahan iklim dan pemanasan global yang sedang dihadapi dunia, dan juga berdampak pada Libya, saat ini kami berada di daerah Khoms, khususnya di Al-Nigazah. Daerah ini telah mengalami kekeringan dan pepohonan mati. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengimbanginya dengan melakukan reboisasi, dan kami telah menanam pohon di daerah ini,” ujar seorang sukarelawan lokal, Taher Ali Abdallah, yang ikut serta dalam gerakan reboisasi tersebut.
Setiap tahun, para aktivis iklim meluangkan waktu untuk menanam pohon dengan harapan dapat melestarikan dan memulihkan ruang hijau.
Keluarga dan anak-anak sekolah juga ikut berpartisipasi dalam gerakan ini, dengan menggali lubang dan menanam bibit. Tetapi tantangan terbesar mereka masih soal ketersediaan air.
“Pohon melambangkan pertumbuhan dan kehidupan; pohon memberikan kita oksigen, memberikan kita alam, dan melindungi kita dari pemanasan global saat ini,” ujar salah seorang peserta.
Inisiatif ini mendorong warga untuk mengambil tindakan di daerah mereka masing-masing, dan mempromosikan pendekatan akar rumput untuk konservasi lingkungan. [th/em]