Pegiat Meminta Bahasa-bahasa Daerah di Afrika Disertakan Dalam Perangkat Teknologi Berbasis Suara

Peneliti bahasa Kola Tubosun terlihat di rumahnya dalam foto yang diambil pada 24 November 2021. (Foto: AP/Sunday Alamba)

Teknologi asisten virtual dengan aktivasi suara, seperti Siri dan Alexa, menjadi semakin umum di seluruh dunia, tapi di Afrika kebanyakan orang tidak mendapat manfaat digital yang sama. Beberapa peneliti Afrika menciptakan perangkat penerjemah yang mengenali dan menggalakkan bahasa-bahasa daerah.

Guru bahasa Yoruba, Oluwafemi Awosanya, kesulitan memindahkan bahan ajarnya ke dalam situs blog murid.

Awosanya mengaku, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengedit dan mengoreksi catatannya secara manual sebelum diunggah ke dalam blog itu, karena tidak adanya teknologi pengenalan suara untuk bahasa Yoruba.

“Bahasa Yoruba adalah bahasa yang punya tanda baca tertentu di atas abjadnya, sehingga saya harus bekerja ekstra. Pertama, saya harus mengetik catatan saya di Microsoft Word, dan bahkan pada aplikasi itu pun ketikan saya diberi penanda seakan saya salah ketik,” kata Awosanya.

Awosanya sudah sepuluh tahun mengajar bahasa Yoruba. Meski teknologi sudah semakin maju, bahasa-bahasa di Afrika, seperti Yoruba, tetap terabaikan.

Penulis asal Nigeria, Raquel Kasham Daniel, mendemonstrasikan cara mencuci tangan kepada anak-anak dalam sesi pembacaan cerita yang ia lakukan di salah satu sekolah di Abuja, Nigeria, pada 28 September 2021. (VOA/Timothy Obiezu)

“Hal itu membatasi ilmu pengetahuan. Ada hal-hal yang ingin Anda ajarkan kepada anak-anak, hal-hal yang ingin Anda tunjukkan di depan kelas, tapi bahannya terbatas…” ujarnya.

Terdapat lebih dari 2.000 bahasa di Afrika. Namun, para peneliti menyebut dua pertiganya tidak dimasukkan ke dalam teknologi asisten virtual yang tengah berkembang, sehingga menyulitkan pengguna bahasa terkait untuk memanfaatkan teknologi tersebut dalam bahasa mereka.

Hal itu dinilai mengancam masa depan teknologi di Afrika, kata para peneliti.

Penulis dan pegiat bahasa asal Nigeria, Kola Tubosun, mencoba memecahkan masalah itu dengan membuat kamus online bahasa Yoruba dan juga mesin text-to-speech alias teks pidato yang menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Yoruba.

BACA JUGA:

Pegiat Meminta Bahasa-bahasa Daerah di Afrika Disertakan Dalam Perangkat Teknologi Berbasis Suara

"Kalau suatu bahasa tidak ada dalam ruang teknologi, sama saja bahasa itu tidak ada sama sekali. Seperti itulah struktur dunia saat ini," kata Tubosun.

"Anda menghabiskan semua waktu Anda di dunia maya setiap hari, di mana bahasa yang Anda temui hanyalah bahasa Inggris, Spanyol, Mandarin atau lainnya, yang lantas cenderung menentukan cara Anda berinteraksi dengan dunia nyata. Dan seiring waktu, Anda cenderung kehilangan minat pada bahasa Anda sendiri atau kompetensi Anda (dalam menggunakannya)," tambahnya.

Tubosun, yang mengadvokasi pelibatan bahasa-bahasa di Afrika ke dalam teknologi, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan raksasa teknologi mulai memberi perhatian. Namun ia akui kesenjangan yang ada masih sangat lebar.

BACA JUGA: Jihadis Nigeria Culik 20 Anak-Anak

“Ada banyak kendala. Beberapa bahasa tidak tertulis sama sekali, beberapa tidak ada buku panduannya, sementara lainnya memiliki panduan tapi tak banyak yang menggunakannya, baik sebagai tulisan untuk bahan ajar atau dalam percakapan sehari-hari,” ujar Tubosun.

Pakar bahasa memperkirakan butuh waktu lama sampai bahasa-bahasa di Afrika diadopsi ke dalam teknologi berbasis suara.

Tapi untuk sementara, peneliti seperti Tubosun dan Awosanya masih berupaya untuk mengadaptasi bahasa Yoruba bagi para pengguna teknologi. [rd/ka]