Negara-negara yang ingin merusak pemilu Amerika Serikat pada Selasa (5/11) dipaksa untuk mengandalkan video palsu dan disinformasi lainnya karena mereka tidak dapat menembus sistem yang dapat mengubah penghitungan suara aktual, menurut penilaian terbaru yang disampaikan oleh badan AS yang bertanggung jawab atas keamanan pemilu.
Para pejabat di Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) pada Senin malam mengatakan bahwa dengan waktu kurang dari 24 jam sebelum tempat pemungutan suara pada Hari Pemilu, tidak ada bukti yang menunjukkan musuh-musuh asing seperti Rusia, Iran dan China memiliki sarana untuk menyusup dan memanipulasi infrastruktur pemilu di AS.
“Saya dapat katakan dengan keyakinan besar bahwa saya tidak percaya ada peretasan teknis terhadap pemilu kita dengan cara yang mungkin akan berdampak besar terhadap pemilihan presiden,” kata Direktur CISA Jen Easterly.
“Dengan berbagai lapisan pengaman, perlindungan keamanan siber, kontrol akses fisik, uji coba prapemilu terhadap peralatan untuk memastikan akurasinya, audit pascapemilu, tidak mungkin ada pelaku jahat yang merusak atau memanipulasi sistem pemungutan suara kita sedemikian rupa sehingga berdampak besar pada hasil pemilihan presiden, yang tentu saja tidak mungkin tidak terdeteksi,” kata Easterly kepada para wartawan.
BACA JUGA: Bagaimana Warga AS Atasi Stres akibat Pemilu?Sebagian keyakinan itu berasal dari cara penyelenggaraan pemilu AS yang terdesentralisasi – dengan masing-masing negara bagian menggunakan sistemnya sendiri untuk mencatat dan menghitung surat suara. Tetapi hal itu juga mengikuti persiapan bertahun-tahun oleh CISA, bekerja sama dengan para pejabat pemilihan lokal dan negara bagian di seluruh AS.
Upaya-upaya itu mencakup lebih dari 700 penilaian keamanan siber, dan ratusan latihan pemilihan dan sesi pelatihan pemilu sejak awal 2023.
Selain itu, tidak satu pun sistem pemungutan suara negara bagian yang terkoneksi ke internet, dan diperkirakan 97% pemilih AS akan memberikan suara di wilayah hukum yang menyediakan catatan kertas sebagai cadangan.
“Infrastruktur pemilu kita tidak pernah seaman ini,” kata Easterly. “Komunitas pemilu belum pernah sesiap ini untuk menyelenggarakan pemilihan yang aman, terjamin, bebas dan adil.”
Hingga Senin malam, CISA memperkirakan lebih dari 77 juta warga Amerika telah memberikan suara selama periode pemungutan suara awal, dengan puluhan juta lainnya diperkirakan akan datang memberikan suara secara langsung pada Hari Pemilihan.
Meskipun sebagian besar suara telah diberikan tanpa masalah, berbagai organisasi yang mewakili para pejabat pemilihan negara bagian memperingatkan adanya kemungkinan mengenai sejumlah gangguan.
“Sebagai mana Hari Pemilihan lainnya, penting untuk dicatat bahwa masalah operasional mungkin muncul,” menurut Asosiasi Nasional Direktur Pemilihan Negara Bagian dan Asosiasi Nasional Sekretaris Negara Bagian.
“Lokasi pemilu dapat dibuka terlambat, mungkin saja ada antrean selama periode yang sibuk, atau ada daerah yang mengalami mati listrik,” kata mereka dalam sebuah pernyataan. “Ada tantangan yang tak terelakkan yang akan muncul pada Hari Pemilihan.”
Ada juga berbagai upaya lain untuk menggagalkan pemilihan.
CISA mengatakan telah mengamati “sejumlah insiden skala kecil,” termasuk upaya untuk mengganggu situs-situs pemilihan resmi dengan serangan penolakan layanan terdistribusi, selain beberapa upaya untuk meledakkan atau membakar kotak-kotak suara.
“Kami perkirakan insiden semacam ini dan berbagai bentuk gangguan lainnya akan berlanjut pada Hari Pemilihan dan pada hari-hari berikutnya,” kata Easterly kepada wartawan.
Tetapi ia menambahkan bahwa terlepas dari gangguan itu, tidak ada “dampak signifikan terhadap infrastruktur pemilihan.” [uh/lt]