Pejabat Bantuan Global Imbau Dana untuk Bantu Rakyat Sudan

  • Associated Press

Sejumlah warga mengantre untuk mendapatkan air dari sebuah sumur di Gadaref, Sudan, pada 17 Agustus 2023. (Foto: AFP)

Seorang pejabat bantuan global, pada Minggu (20/8), mendesak komunitas internasional agar menyediakan lebih banyak dana untuk membantu rakyat Sudan yang selama berbulan-bulan terjebak konflik militer antara jenderal-jenderal yang bersaing di negara Afrika itu.

Jagan Chapagain, sekretaris jenderal Federasi Palang Merah Internasional dan Komunitas Bulan Sabit Merah, mengatakan organisasinya hanya menerima tujuh persen dari $45 juta yang mereka ajukan untuk membantu orang-orang di dalam Sudan. Perang yang saat ini berlangsung menempatkan pasukan militer melawan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter yang kuat.

"Kebutuhannya mendesak," kata Chapagain kepada kantor berita Associated Press dalam wawancara di Kairo, Mesir. "Rakyat Sudan membutuhkan dukungan mendesak, solidaritas mendesak, dan kepentingan mendesak."

BACA JUGA: Di Tengah Ancaman Perang Saudara Baru, Pertempuran Berkobar di Darfur Selatan

Sudan jatuh ke dalam kekacauan sejak April lalu ketika ketegangan yang membara antara militer, yang dipimpin Abdel Fattah Burhan, dan RSF, yang dipimpin Mohammed Hamdan Dagalo, meledak menjadi pertempuran terbuka di ibu kota, Khartoum, dan di sejumlah tempat lain di negara itu.

Konflik telah mengubah Khartoum dan daerah perkotaan lainnya menjadi medan perang. Banyak penduduk hidup tanpa air dan listrik, dan sistem perawatan kesehatan negara tersebut hampir ambruk. Wilayah Darfur yang luas mengalami beberapa serangan kekerasan terburuk dalam konflik tersebut, dan pertempuran di sana telah berubah menjadi bentrokan etnis dengan RSF dan milisi Arab sekutu yang menarget komunitas etnis Afrika.

Bentrokan juga meningkat awal bulan ini di provinsi Kordofan Selatan dan Kordofan Barat. Lebih dari 3,4 juta orang terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih aman di dalam Sudan, menurut badan migrasi PBB. Lebih dari satu juta warga telah menyeberang ke negara-negara tetangga, mencakup Mesir, Chad, Sudan Selatan, Ethiopia, dan Republik Afrika Tengah, tambah badan itu. [ka/rs]