Tiga kapal induk AS telah melayari Laut China Selatan pekan ini, suatu unjuk kekuatan besar yang tidak biasa di perairan Asia yang disengketakan dan kemungkinan besar menjadi suatu peringatan besar untuk Beijing. China hampir pasti akan menanggapi dengan unjuk kekuatannya sendiri. Namun demikian, kedua pihak diharapkan tidak ada yang akan melepaskan tembakan.
China berharap menanggapi setiap aksi militer AS setidaknya secara sepadan untuk membuktikan kekuatan ekstranya dalam tahun pemilu di AS, menanamkan kesan di kalangan negara-negara yang lebih kecil di Asia maupun rakyatnya penduduknya sendiri, jelas para analis politik.
Menurut Yun Sun, peneliti senior Program Asia Timur di organisasi riset berbasis di Washington, Stimson Center, kebijakan China sekarang ini adalah apabila AS melakukan sesuatu, China perlu memberi tanggapan yang proporsional, baik pada tingkat intensitas maupun keseriusannya.
Kelompok kapal induk USS Theodore Roosevelt, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan telah memasuki Laut China Selatan pada akhir Juni, sebut Komando AS di Indo-Pasifik.
Nimitz dan Ronald Reagan akan melakukan “latihan dan operasi terpadu yang mempertahankan komitmen cepat tanggap, fleksibel dan bertahan lama terhadap perjanjian pertahanan bersama dengan sekutu dan mitra-mitra di kawasan Indo-Pasifik,” sebut Komando Indo-Pasifik AS dalam pernyataannya 29 Juni lalu.
China akan menanggapi dengan baik – secara militer, politik atau diplomatik – antara lain karena negara itu tahu Presiden AS Donald Trump mungkin akan meninggalkan jabatannya setelah pemilu November mendatang, kata Sun.
Sengketa perdagangan selama dua tahun lebih, perselisihan pendapat mengenai masa depan teritori China, Hong Kong, dan berkembangnya dukungan AS bagi Taiwan telah membuat China bersiaga dalam menghadapi Trump. [uh/ab]