Pejabat Intelijen AS: Munculnya Poros Anti-Amerika Mengkhawatirkan

  • Jeff Seldin

Direktur Intelijen Nasional Avril Haines, saat berbicara di depan Komisi Senat AS di Washington DC (foto: dok).

Musuh paling berbahaya Washington mungkin bekerja sama lebih erat daripada sebelumnya, tetapi analis intelijen AS berpendapat bahwa untuk saat ini, mereka gagal membentuk aliansi erat yang dapat melawan Amerika Serikat secara lebih efektif.

Kekhawatiran di antara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tentang meningkatnya kerja sama antara Rusia, China, Iran, dan Korea Utara terus meningkat sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022 — didukung oleh informasi intelijen yang menunjukkan Beijing, Teheran, dan Pyongyang menyediakan teknologi, rudal, pesawat nirawak, dan bahkan pasukan bagi Rusia untuk upaya perang.

Mantan komandan pasukan AS di Indo-Pasifik sebelumnya tahun ini bahkan menggambarkan hubungan yang berkembang antara keempat musuh AS itu sebagai “poros kejahatan” yang baru lahir.

Namun, pejabat intelijen AS yakin bahwa poros itu, dalam beberapa hal, telah terhambat oleh kekurangannya sendiri.

BACA JUGA: Dugaan Peretasan oleh China terhadap Sistem Telekomunikasi AS Ungkap Rencana yang Lebih Luas 

“Mereka tidak bertindak sebagai satu blok,” kata Direktur Intelijen Nasional Avril Haines, saat berbicara di Washington pada hari Kamis (5/12) di Council on Foreign Relations.

“Kami tidak melihat mereka sebagai semacam aliansi empat bagian atau semacamnya,” katanya. “Kami tidak melihat mereka mungkin menjadi sekutu dengan cara yang sama seperti kami menjadi sekutu dengan mitra kita, NATO, misalnya. Tidak ada tingkat interoperabilitas dan kolaborasi militer seperti itu.”

Namun, analis intelijen AS masih melihat poros tersebut sebagai kekhawatiran dalam beberapa bidang.

Haines mengatakan peningkatan kerja sama antara Rusia, China, Iran, dan Korea Utara telah berkontribusi pada erosi lebih lanjut norma-norma internasional seputar senjata pemusnah massal.

Sabotase Rusia

Ada juga kekhawatiran yang terus berlanjut tentang kesediaan Rusia, China, Iran, dan Korea Utara untuk terlibat dalam apa yang disebut aktivitas zona abu-abu.

Sebuah dokumen Estimasi Intelijen Nasional AS yang dideklasifikasi yang dikeluarkan pada bulan Juli memperingatkan bahwa dalam lima hingga enam tahun ke depan “kemungkinan akan muncul tindakan pemaksaan dan subversi yang lebih sering, beragam, dan merusak — khususnya oleh China, Iran, Rusia, dan Korea Utara — di bawah apa yang dianggap sebagai konflik bersenjata tetapi di luar batas-batas kenegaraan yang sah secara historis."

Haines pada hari Kamis mengatakan aktivitas zona abu-abu Rusia — termasuk upaya sabotase di Eropa — telah “meningkat secara umum.” [lt/ab]