Harapan bahwa hubungan AS dan Rusia kemungkinan membaik setelah pertemuan tingkat tinggi pekan ini menipis dengan segera setelah munculnya sejumlah pernyataan dari para pejabat tinggi intelijen AS.
Direktur Intelijen Nasional Dan Coats mengatakan, “Jelas bahwa Rusia meningkatkan usahanya dengan menggunakan media sosial dan peluang-peluang lain dengan cara-cara yang belum pernah kita saksikan sebelumnya. Jadi ini merupakan ancaman besar bagi proses demokrasi kita.”
Dalam keterangannya di hadapan Kongres, penjabat direktur FBI, Andrew McCabe bahkan berani mengeluarkan pernyataan yang bertentangan dengan Gedung Putih. Gedung Putih sebelumnya menyatakan bahwa penyelidikan FBI terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu AS dan kemungkinan adanya kolusi dengan kubu kampanye Trump adalah salah satu hal terkecil dalam agenda dinas intelijen itu. McCabe menyatakan sebaliknya.
Senator Angus King dari Maine menyampaikan pertanyaan, “Apakah penyelidikan mengenai campur tangan Rusia adalah penyelidikan kecil dibanding semua pekerjaan yang sedang dilakukan FBI saat ini?.”
McCabe menjawab, "Kami menganggap ini merupakan penyelidikan yang sangat penting.”
Jawabannya tersebut senada dengan peringatan-peringatan yang sebelumnya dikeluarkan para pejabat tinggi AS, termasuk Menteri Pertahanan Jim Mattis, yang pada sidang pengukuhannya menyebut bahwa Rusia adalah ancaman tertinggi bagi stabilitas AS dan dunia.
Di bawah Presiden Donald Trump, pandangan itu telah berubah, Kepala-kepala dinas intelijen AS mengatakan kepada para legislator, Kamis, ancaman dari Korea Utara justru yang menjadi prioritas tertinggi mereka saat ini.
Direktur CIA Mike Pompeo mengatakan, “Meskipun tidak menjadi sorotan berita saat ini, saya tidak bisa mengatakan bahwa risiko ancaman terkait Kim Jong Un menyusut.”
Para pejabat menolak untuk mengatakan seberapa dekat kemampuan Korea Utara untuk bisa menyerang AS dengan misil nuklir. Mereka hanya mengatakan, meskipun ada sejumlah kegagalan dalam uji coba misilnya, kemampuan Pyongyang semakin meningkat.
Letnan Jenderal Vincent Stewart, direktur Dinas Intelijen Pertahanan, mengatakan, "Korea Utara sedang mengusahakan itu dan mereka berkomitmen untuk melakukannya.”
Yang juga termasuk sebagai ancaman besar adalah ISIS dan Iran. Para pejabat intelijen mengatakan, ISIS sedang bersiap untuk kembali memperkokoh diri di Irak dan Suriah, dan masih mampu mengarahkan dan menginspirasi serangan di berbagai penjuru dunia, meski mengalami kekalahan berarti di medan tempur.
Sementara itu Iran, yang meski sejauh ini mematuhi kesepakatan nuklir, terus memainkan peran aktif di Suriah, Irak dan sejumlah kawasan lain di Timur Tengah. Para pejabat mengatakan, Teheran telah memperluas pengaruhnya dan kini hingga sebanyak 10 ribu pejuang mlisi di berbagai wilayah Timur Tengah siap menerima panggilan negara itu. [ab/lt]