Seorang pejabat tinggi kesehatan Amerika Minggu (19/12) mengatakan bahwa negara itu menghadapi "masa sulit dalam beberapa pekan ke depan" untuk mengekang penyebaran virus corona varian omicron. Varian itu juga memicu peningkatan kasus COVID-19 di seluruh dunia.
“Kita dalam dunia yang penuh masalah dalam beberapa minggu ke depan,” kata Dr. Francis Collins, direktur National Institutes of Health yang akan segera pensiun, dalam acara TV “Fox News Sunday”. Namun, dia mengatakan, 50 juta orang Amerika yang memenuhi syarat, tetap belum divaksinasi, sesuatu yang Collins gambarkan sebagai "hal yang sangat membuat frustrasi."
BACA JUGA: Biden Dipuji dan Dikritisi dalam Perang Melawan COVID-19Lonjakan kasus COVID-19 di Amerika mengakibatkan beberapa universitas mengumumkan bahwa mereka telah atau akan beralih ke pembelajaran daring, termasuk Harvard, yang mengatakan akan tetap melakukan daring setidaknya selama tiga minggu pertama Januari.
Di Eropa, kenaikan jumlah kasus memaksa beberapa pemerintah menyerukan pembatasan yang mengingatkan pada lockdown yang diberlakukan pada awal pandemi yang dimulai pada minggu-minggu pertama tahun 2020.
"Belanda ditutup lagi," ujar Perdana Menteri Mark Rutte Sabtu dalam pidato yang disiarkan televisi. Langkah-langkah baru itu, dimulai Minggu, kata Rutte, karena "gelombang ke-5" COVID-19, karena varian omicron yang sangat menular.
Jerman telah menyatakan Inggris sebagai area dengan varian yang mengkhawatirkan karena meningkatnya jumlah kasus omicron. Orang yang memasuki Jerman dari area varian yang menjadi keprihatinan, harus dikarantina dua minggu, walaupun sudah divaksinasi atau telah pulih dari COVID-19.
BACA JUGA: Regulator Obat Uni Eropa dengan Cermat Ikuti Perkembangan OmicronVarian baru itu memicu tingkat penularan di Inggris mendekati level puncak pada awal 2021.
Di Prancis, pemerintah akan mulai menginokulasi anak-anak usia antara 5 dan 11 tahun pada Rabu. Perdana Menteri Jean Castex Jumat (17/12) mengatakan bahwa varian omicron menyebar seperti "petir." Ia mengusulkan keharusan menunjukkan bukti vaksinasi bagi mereka yang memasuki tempat-tempat umum.
Secara global, lebih dari 5,3 juta orang meninggal akibat COVID-19 sejak virus corona yang menyebabkan penyakit itu muncul dua tahun lalu, menurut Pusat Data Virus Corona Johns Hopkins University. Pusat itu melaporkan Minggu pagi bahwa lebih dari 8,6 miliar dosis vaksin telah diberikan di seluruh dunia, kampanye logistik besar-besaran yang tertantang lonjakan omicron.
Beberapa negara bergegas mempercepat kampanye vaksinasi karena semakin banyak bukti yang mendukung perlunya dosis booster untuk memerangi varian tersebut. [ka/jm]