Seorang pejabat senior Hamas, pada Selasa (26/12), menuduh Amerika Serikat munafik, dengan tetap memberi dukungan pada Israel untuk melancarkan serangan, tetapi sekaligus memperingatkan akan jatuhnya warga sipil Palestina dalam kampanye pemboman itu.
Berbicara dari Beirut, Osama Hamdan mengatakan beberapa negara telah menghubungi kelompok tersebut dalam upaya untuk menengahi negosiasi penyanderaan dan penghentian kekerasan dalam perang Israel-Hamas.
Pemerintahan Joe Biden diam-diam terus memasok senjata ke Israel. Namun, minggu lalu, Presiden Biden secara terbuka mengakui bahwa Israel kehilangan legitimasi internasional atas apa yang disebutnya sebagai "pemboman tanpa pandang bulu."
Hamdan mengatakan "kami menganggap Biden bertanggung jawab secara politik dan moral."
BACA JUGA: Netanyahu Ancam Perluas Serangan ke Bagian Selatan GazaMeskipun terdapat seruan dari AS agar Israel menghindari jatuhnya korban sipil dan tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa justru mengumumkan pasukan militernya akan memperluas pertempuran.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola Hamas, mengatakan hingga hari Selasa, sedikitnya 20.900 warga Palestina tewas, dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak. Angka ini tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.
Dua ratus empat puluh orang dilaporkan tewas pada hari Selasa saja.
Israel bertekad menghabisi kemampuan Hamas di Gaza setelah serangan 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 warga Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 240 orang lainnya. Israel juga berjanji akan membebaskan lebih dari 100 warganya yang masih disandera. [em/rs]