Delegasi para pejabat senior Taliban mengunjungi Provinsi Herat di Afghanistan Barat pada hari Senin (9/10) setelah gempa bumi dahsyat yang menewaskan sedikitnya 2.000 orang selama akhir pekan dan meratakan seluruh desa di sana.
Gempa berkekuatan 6,3 magnitudo yang terjadi pada hari Sabtu (7/10) dan melanda daerah padat penduduk di Herat itu merupakan salah satu gempa paling mematikan yang melanda negara itu dalam dua dekade. Gempa itu diikuti oleh serangkaian guncangan susulan yang kuat.
Wakil perdana menteri urusan ekonomi yang ditunjuk Taliban, Abdul Ghani Baradar, dan timnya mengunjungi wilayah yang terkena dampak gempa pada hari Senin untuk memberikan “bantuan segera” dan memastikan “distribusi bantuan yang adil dan akurat,” menurut sebuah pernyataan kelompok itu dari ibu kota, Kabul.
Gempa tersebut juga memerangkap ratusan orang dalam reruntuhan. Mereka yang selamat berusaha menggali dengan tangan kosong dan sekop untuk menarik keluar korban – baik hidup maupun mati – dari bawah reruntuhan. Pihak berwenang mengatakan pada hari Senin bahwa mereka masih menunggu informasi terkini mengenai korban-korban terbaru dari Herat.
Survei Geologi AS mengatakan pusat gempa berada sekitar 40 kilometer dari kota Herat, ibu kota provinsi itu. Gempa itu disusul oleh tiga gempa susulan yang sangat kuat, yakni 6,3, 5,9, dan 5,5 magnitudo, serta beberapa guncangan yang lebih kecil.
Respons global terhadap gempa di Afghanistan berjalan lambat, karena banyak negara di dunia yang khawatir untuk berhubungan langsung dengan pemerintah Taliban dan terfokus pada eskalasi mematikan antara Israel dan Palestina setelah serangan mendadak oleh militan Gaza pada hari Sabtu lalu.
Badan-badan bantuan dan kelompok-kelompok nonpemerintah (NGO) telah meminta komunitas internasional untuk memberikan bantuan, namun hanya segelintir negara yang secara terbuka menawarkan dukungan, termasuk dua negara tetangga, China dan Pakistan.
Kelompok bantuan CARE USA – yang merupakan anggota dari payung CARE Internasional – mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa gempa tersebut terjadi pada saat Afghanistan sedang menghadapi krisis kemanusiaan yang parah dan kekurangan dana secara signifikan sementara kebutuhan meningkat dengan cepat.
BACA JUGA: Taliban: Sedikitnya 2.000 Tewas Akibat Gempa di AfghanistanMusim dingin yang semakin dekat, ditambah dengan bencana baru ini, kemungkinan akan memperburuk tantangan yang ada dan semakin mempersulit masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti tempat tinggal, makanan, dan obat-obatan yang memadai, kata organisasi itu.
“CARE sangat sedih atas gempa bumi dahsyat yang melanda provinsi barat Herat,” kata Reshma Azmi, wakil direktur kelompok tersebut untuk Afghanistan. “Ini terjadi kurang dari tujuh bulan setelah gempa bumi dahsyat lainnya melanda negara itu, menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan mengungsi. ”
Azimi mengacu pada gempa berkekuatan 6,5 magnitudo pada bulan Maret yang melanda sebagian besar wilayah Pakistan dan negara tetangga Afghanistan. Selain itu, gempa bumi melanda Afghanistan Timur pada bulan Juni 2022, melanda wilayah pegunungan yang terjal, menyapu bersih rumah-rumah yang terbuat dari batu dan bata lumpur, serta menewaskan sedikitnya 1.000 orang. [ab/uh]