Para pejabat tinggi pertahanan AS menyatakan optimisme mereka bahwa lawatan tingkat tinggi ke Filipina akan membuahkan hasil, kemungkinan dengan tercapainya kesepakatan untuk meluaskan kerja sama militer dan memberi akses lebih besar ke pangkalan-pangkalan militer Filipina.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang tiba di Manila, Selasa malam (31/1) terdengar optimistis menjelang pertemuan penting Kamis dengan Menteri Pertahanan Filipina Carlito Gavez Jr. dan Penasihat Keamanan Nasional Eduardo Ano, serta presiden Filipina sendiri, Ferdinand Marcos Jr.
“Saya pikir ini akan menjadi hari baik,” kata Austin hari Rabu (1/2), dalam kunjungan ke Camp Navarro, lokasi Komando Mindanao Barat militer Filipina dan sekitar 150 tentara AS, termasuk pasukan operasi khususu, yang menjadi penasihat bagi Filipina mengenai isu-isu pelatihan dan upaya kontraterorisme.
“Saya berharap tidak hanya bertemu mereka besok tetapi juga membangun hubungan yang panjang dan produktif,” lanjutnya.
Lawatan Austin ke Filipina berlangsung sewaktu AS semakin fokus pada mencari cara untuk membantu negara-negara di kawasan Indo-Pasifik menghadapi perilaku China yang semakin agresif.
Ini juga menyusul apa yang disebut para pejabat pertahanan senior AS sebagai “pembicaraan tingkat tinggi dengan “laju yang cukup sibuk,” yang antara lain berupa diskusi akhir bulan lalu di Manila yang melibatkan sekitar 200 pejabat AS dan Filipina.
Pembicaraan itu, selain langkah Marcos sejak ia menjabat Juni lalu, telah membantu memperbaiki hubungan antara dua sekutu lama ini yang tegang setelah mantan presiden Rodrigo Duterte mengancam akan mengakhiri perjanjian keamanan yang memungkinkan pasukan AS tetap berada di Filipina.
“Kami sangat terdorong oleh kemajuan yang kami lihat di dalam aliansi dan oleh apa yang kami lihat sebagai momentum yang sangat positif di bawah pemerintahan Marcos sejauh ini,” kata seorang pejabat tinggi pertahanan AS kepada wartawan hari Rabu, setelah kunjungan Austin ke Camp Navarro.
“Aliansi yang lebih kuat sangatlah penting karena ini bukan hanya mewujudkan perdamaian dan stabilitas, tetapi juga mencegah krisis atau provokasi lebih lanjut di kawasan,” kata pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim karena membahas pertimbangan yang sedang berlangsung.
Para pejabat tinggi Filipina juga menunjukkan nada optimistis serupa mengenai kehadiran militer AS yang diperluas.
“Kami pasti akan mengeluarkan pengumuman semacam itu,” kata seorang pejabat Filipina kepada Reuters, seraya menyatakan Washington mendorong akses hingga ke empat atau lima lokasi fasilitas militer lagi di bawah naungan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan, yang ditandatangani pada tahun 2014.
“Saya hanya tidak tahu berapa banyak hasil akhirnya,” kata pejabat Filipina tersebut yang juga meminta anonim mengingat pembicaraan yang sensitif itu. [uh/ab]