Pejabat Uni Eropa Tegaskan Solusi Afrika untuk Masalah Afrika

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell (foto: dok).

Presiden Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) pada hari Kamis (31/8) mengatakan bahwa blok itu telah meminta dukungan Uni Eropa, setelah menteri-menteri UE mengungkapkan kekhawatiran mereka yang mendalam akan semakin banyaknya kudeta militer di benua Afrika.

UE sedang menyusun sanksi bagi junta militer di Niger, yang menggulingkan pemerintahan terpilih di negara itu sebulan yang lalu.

Menteri Luar Negeri Niger Hassoumi Massaoudou mengatakan, ia menghargai “dukungan politik dan moral Uni Eropa.”

Sementara itu, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, mengatakan, “Solusi Afrika untuk masalah Afrika. Kami hanya akan mendengarkan. Seperti saya katakan kemarin, kami siap menimbang untuk mempelajari proposal dari ECOWAS. Saya ingin menegaskan kembali gagasan bahwa Presiden Bazoum adalah satu-satunya otoritas yang terpilih secara demokratis di seluruh wilayah Sahel.”

BACA JUGA: Dunia Bereaksi Keras terhadap Kudeta di Gabon

Banyak warga Eropa khawatir ketidakstabilan di Afrika akan mendorong lebih banyak orang untuk melarikan diri, sementara blok beranggotakan 27 negara itu pun terpecah dalam cara mereka menangani kedatangan arus migran dalam jumlah besar.

Rabu (30/8) lalu, Gabon, negara yang kaya minyak, menjadi negara Afrika Tengah atau Barat kedelapan yang dilanda kudeta militer dalam tiga tahun terakhir.

Uni Eropa tidak melatih angkatan bersenjata Gabon, meskipun pasukan Prancis pernah. Namun blok itu telah mendanai dan mengajar tentara di Mali dan Niger.

Latihan militer utamanya difokuskan di wilayah Sahel yang tidak stabil untuk memerangi ekstremisme, khususnya kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaida.

Beberapa negara Eropa memiliki kepentingan ekonomi yang besar di Afrika, terutama Prancis yang membutuhkan uranium Niger.

Pengaruh Rusia yang semakin besar melalui keberadaan kelompok tentara bayaran Wagner serta kedigdayaan ekonomi China memaksa Uni Eropa untuk memikirkan kembali kebijakan mereka. [rd/ka]