Pemimpin reformis Iran Mostafa Tajzadeh, yang telah berulang kali menyerukan "perubahan struktural" pada republik Islam itu, telah divonis penjara lima tahun, kata pengacaranya, Selasa malam (11/10).
Pria usia 65 tahun itu, yang ditangkap pada 8 Juli, sebelum gelombang protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral bulan lalu, telah mulai menjalani hukumannya setelah memilih untuk tidak mengajukan banding, kata pengacaranya, Houshang Pourbabai, di Twitter.
"Klien saya Mostafa Tajzadeh dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena berkomplot melawan keamanan negara, dua tahun karena menerbitkan kebohongan dan satu tahun karena propaganda melawan sistem," kata Pourbabai. Ia mengatakan hukuman akan berjalan bersamaan, sehingga kliennya akan menjalani hukuman lima tahun penjara.
Tajzadeh menolak memberi pembelaan apa pun dalam persidangannya, yang dibuka pada 13 Agustus, setelah pengadilan menolaknya untuk berkonsultasi secara pribadi dengan pengacaranya.
Istri Tajzadeh, Fakhrossadat Mohtashamipour, yang juga aktivis reformasi terkemuka, menyatakan prihatin bahwa suaminya ditahan dalam sel isolasi meskipun kesehatannya buruk.
Tajzadeh adalah mantan menteri di bawah kepresidenan Mohammad Khatami, reformis yang mengawasi pemulihan hubungan dengan Barat antara tahun 1997 dan 2005. Ia pernah dipenjara tujuh tahun bersama para pemimpin reformis lainnya setelah terpilihnya kembali presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad yang memicu protes massa pada 2009. Ia terdaftar di platform reformasi dalam pemilihan presiden tahun lalu tetapi, seperti kebanyakan calon reformis lainnya, pencalonannya ditolak oleh Dewan Wali, yang memeriksa semua kandidat untuk jabatan publik.
Dalam materi kampanyenya, Tajzadeh menyebut dirinya sebagai "warga negara, seorang reformis", dan "tahanan politik selama tujuh tahun". Ia mengecam "pemblokiran internet", "campur tangan militer dalam politik, ekonomi dan pemilu" serta "kebijakan luar negeri proRusia yang didorong oleh sentimen antiAmerika". [ab/ka]