Frustrasi karena menunggu lama untuk mendapatkan visa keluar, para pekerja Indonesia membakar konsulat Indonesia di Arab Saudi dan bentrok dengan petugas.
RIYADH —
Para pekerja dari Indonesia yang frustrasi karena harus menunggu lama untuk mendapatkan visa keluar dari Arab Saudi melakukan protes di luar Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah, Minggu (9/6), membakar tembok depan bangunan dan sempat bentrok dengan para petugas keamanan.
Ratusan ribu pekerja asing di negara penghasil minyak teratas di dunia itu mencoba mengubah status imigrasi (pemutihan izin tinggal) mereka atau meninggalkan negara itu sebelum 3 Juli, saat pemerintah melakukan razia pekerja ilegal.
Para pekerja telah mengantre di luar kantor-kantor pemerintahan dan beberapa konsulat selama berhari-hari dalam beberapa minggu terakhi ini, di tengah suhu yang mencapai 40 derajat Celsius, seringkali tidur di luar kantor-kantor itu untuk menjaga tempat mereka.
Media lokal telah melaporkan bahwa orang-orang yang mencoba memperbaiki status mereka ini telah menghadapi serangkaian hambatan birokratis karena kantor-kantor pemerintah dan konsulat ini kewalahan menghadapi mereka.
Juru bicara Kepolisian Jeddah Nawaf al-Booq mengatakan para demonstran telah memasuki konsulat, menyebabkan beberapa orang luka ringan karena terinjak-injak. Ia mengatakan para demonstran telah bubar secara damai dan api di luar konsulat telah dipadamkan.
“Para pekerja melemparkan batu dan botol air kepada polisi, yang melepaskan tembakan ke udara,” ujar seorang saksi.
Film-film yang diunggah di Internet dan diverifikasi oleh para saksi menunjukkan api yang berkobar di dinding konsulat. Gambar-gambar lain menunjukkan pria-pria dengan wajah ditutupi syal membakar pembatas plastik dekat dinding gedung.
Pada Minggu sore, ratusan pekerja Indonesia masih menunggu dekat gedung tersebut dengan damai, beberapa diantaranya ternyata telah tinggal di tanah kosong dekat konsulat dan membangun 20-30 tenda. Makanan didistribusikan dan orang-orang menjual botol-botol berisi air dan barang-barang lainnya. Beberapa orang polisi tampak terlihat.
Pemerintah Arab Saudi merazia ekspatriat yang bekerja secara ilegal sebagai bagian dari upaya reformasi tenaga kerja untuk mendorong lebih banyak warga lokal ke dalam pekerjaan-pekerjaan sektor swasta.
Data-data terakhir dari bank sentral pada 2011 menunjukkan bahwa sekitar sembilan persepuluh pekerjaan di perusahaan-perusahaan swasta diisi oleh sekitar sembilan juta orang asing yang tinggal di negara tersebut. Warga Saudi sendiri memiliki asuransi pekerjaan yang lebih tinggi dari orang asing dan seringkali meminta bayaran yang lebih besar.
Reformasi tenaga kerja telah memberlakukan serangkaian kuota lokalisasi yang didukung dengan denda dan larangan perekrutan, dan setiap perusahaan harus membayar sebesar 2,400 riyals (US$640) per tahun untuk setiap orang asing yang mereka pekerjakan di atas jumlah staf orang Saudi.
Undang-undang Saudi mengharuskan orang asing disponsori atasan mereka dan hanya dapat bekerja untuk profesi-profesi yang terdaftar dalam dokumen tempat tinggal mereka. Dalam praktiknya, banyak orang asing menemukan pekerjaan lain tanpa mengubah status mereka. (Reuters)
Ratusan ribu pekerja asing di negara penghasil minyak teratas di dunia itu mencoba mengubah status imigrasi (pemutihan izin tinggal) mereka atau meninggalkan negara itu sebelum 3 Juli, saat pemerintah melakukan razia pekerja ilegal.
Para pekerja telah mengantre di luar kantor-kantor pemerintahan dan beberapa konsulat selama berhari-hari dalam beberapa minggu terakhi ini, di tengah suhu yang mencapai 40 derajat Celsius, seringkali tidur di luar kantor-kantor itu untuk menjaga tempat mereka.
Media lokal telah melaporkan bahwa orang-orang yang mencoba memperbaiki status mereka ini telah menghadapi serangkaian hambatan birokratis karena kantor-kantor pemerintah dan konsulat ini kewalahan menghadapi mereka.
Juru bicara Kepolisian Jeddah Nawaf al-Booq mengatakan para demonstran telah memasuki konsulat, menyebabkan beberapa orang luka ringan karena terinjak-injak. Ia mengatakan para demonstran telah bubar secara damai dan api di luar konsulat telah dipadamkan.
“Para pekerja melemparkan batu dan botol air kepada polisi, yang melepaskan tembakan ke udara,” ujar seorang saksi.
Film-film yang diunggah di Internet dan diverifikasi oleh para saksi menunjukkan api yang berkobar di dinding konsulat. Gambar-gambar lain menunjukkan pria-pria dengan wajah ditutupi syal membakar pembatas plastik dekat dinding gedung.
Pada Minggu sore, ratusan pekerja Indonesia masih menunggu dekat gedung tersebut dengan damai, beberapa diantaranya ternyata telah tinggal di tanah kosong dekat konsulat dan membangun 20-30 tenda. Makanan didistribusikan dan orang-orang menjual botol-botol berisi air dan barang-barang lainnya. Beberapa orang polisi tampak terlihat.
Pemerintah Arab Saudi merazia ekspatriat yang bekerja secara ilegal sebagai bagian dari upaya reformasi tenaga kerja untuk mendorong lebih banyak warga lokal ke dalam pekerjaan-pekerjaan sektor swasta.
Data-data terakhir dari bank sentral pada 2011 menunjukkan bahwa sekitar sembilan persepuluh pekerjaan di perusahaan-perusahaan swasta diisi oleh sekitar sembilan juta orang asing yang tinggal di negara tersebut. Warga Saudi sendiri memiliki asuransi pekerjaan yang lebih tinggi dari orang asing dan seringkali meminta bayaran yang lebih besar.
Reformasi tenaga kerja telah memberlakukan serangkaian kuota lokalisasi yang didukung dengan denda dan larangan perekrutan, dan setiap perusahaan harus membayar sebesar 2,400 riyals (US$640) per tahun untuk setiap orang asing yang mereka pekerjakan di atas jumlah staf orang Saudi.
Undang-undang Saudi mengharuskan orang asing disponsori atasan mereka dan hanya dapat bekerja untuk profesi-profesi yang terdaftar dalam dokumen tempat tinggal mereka. Dalam praktiknya, banyak orang asing menemukan pekerjaan lain tanpa mengubah status mereka. (Reuters)