Siswa di Taiwan kembali ke sekolah pada 1 September setelah mengikuti kelas online sejak pertengahan Mei lalu. Demikian juga lonceng sekolah di beberapa bagian ibu kota Indonesia kembali bergema setelah kelas ditutup akibat virus corona selama lebih dari setahun.
Namun pedoman pemerintah untuk fasilitas sekolah telah mengubah banyak tradisi di kelas.
Ada larangan mengobrol di dalam kelas dan larangan keluar kelas selama istirahat, serta kewajiban mengenakan masker setiap saat.
Kapasitas kelas dikurangi hingga 50 persen dengan mengadakan kelas dalam dua shift dan guru harus divaksinasi.
"Anak-anak terkena dampak COVID-19 yang sangat parah, bukan karena virus itu sendiri, tetapi terutama karena sejumlah tindakan yang telah diambil untuk mengekang penularan. Dan salah satunya adalah penutupan sekolah," ujar Dr Natasha Azzopardi- Muscat, Direktur Divisi Kebijakan dan Sistem Kesehatan Negara, Kantor Regional WHO untuk Eropa.
Pihak berwenang India telah memberikan lampu hijau untuk membuka kembali sebagian sekolah meskipun ada kekhawatiran dari beberapa orang tua dan tanda-tanda bahwa infeksi meningkat lagi.
Kehidupan perlahan-lahan kembali normal di India setelah trauma gelombang virus corona yang ganas awal tahun ini membuat kehidupan di negara itu terhenti, sehingga puluhan juta orang sakit, dan menyebabkan ratusan ribu orang meninggal.
Sekolah dan perguruan tinggi di setidaknya enam negara bagian akan dibuka kembali secara bertahap dengan langkah-langkah kesehatan yang berlaku sepanjang September.
Beberapa pakar pendidikan mengatakan risiko virus bagi anak-anak tetap rendah dan pembukaan kembali sekolah sangat mendesak bagi siswa miskin tanpa akses internet, yang membuat pembelajaran online hampir mustahil.
"Di wilayah WHO Eropa, rata-rata sekitar 30 minggu anak-anak di luar sekolah dan anak-anak telah terpengaruh secara signifikan, baik dalam hal pencapaian dan kemajuan pendidikan mereka, khususnya, misalnya, anak-anak yang lebih muda tertunda dalam membaca dan melek huruf," ujar Azzopardi.
"Demikian juga anak-anak yang lebih tua, karena tidak hanya pencapaian pendidikan mereka yang terpengaruh, tetapi juga sosialisasi mereka dengan teman sebaya, anak-anak. Dua kelompok yang kami bentik di wilayah Eropa adalah kesehatan mental dan sekolah," tambahnya.
Tahun ajaran dimulai di Serbia dan Bosnia di tengah meningkatnya jumlah kasus virus corona.
BACA JUGA: Oktober, AS Mungkin Izinkan Vaksin Pfizer untuk Anak-Anak Usia 5-11Mayoritas siswa sekolah dasar dan menengah kembali ke ruang kelas dengan anak-anak dan guru mengenakan masker dan mengikuti langkah-langkah virus lainnya.
Namun di kota-kota tertentu di Serbia, siswa akan terus menghadiri kelas online karena jumlah kasus yang tinggi.
Dua belas juta anak Perancis kembali ke sekolah untuk tahun ajaran baru.
Mereka mengenakan masker sebagai bagian dari aturan baru yang bertujuan memperlambat penyebaran virus corona di negara itu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi sebuah sekolah dasar di lingkungan multikultural yang miskin di selatan kota Marseille.
Harapannya, tahun ini berbeda dengan tahun lalu.
“Kita punya vaksin. Banyak negara di kawasan ini, guru sudah divaksinasi. Di negara-negara yang gurunya belum divaksinasi, tentu kita mendorong guru dimasukkan dalam kelompok penting untuk menerima vaksinasi. Selain itu, kita tahu bahwa anak-anak di atas usia dua belas tahun yang rentan juga harus diprioritaskan dan mendapat vaksinasi. Dan dengan cara ini, mereka akan bisa kembali ke sekolah dengan lebih aman," ujar Azzopardi.
Di salah satu negara Eropa yang paling parah terimbas COVID-19, sekolah-sekolah di Republik Ceko ditutup hampir sepanjang tahun ajaran terakhir.
Tahun ajaran baru dimulai dengan serangkaian pembatasan COVID-19, termasuk tes massal untuk siswa.
Maroko memperluas program vaksinasi COVID-19 untuk anak-anak, berusia 12 hingga 17 tahun yang sekarang memenuhi syarat untuk divaksinasi.
BACA JUGA: Belajar Daring Semasa Pandemi Pengaruhi Penglihatan Anak-AnakNegara di Afrika Utara itu kini memfokuskan upayanya untuk menyuntik remaja guna memastikan aman kembali ke sekolah.
Sebanyak 420 pusat vaksinasi, termasuk beberapa sekolah, telah dibuka di seluruh Maroko untuk memvaksinasi anak di bawah umur dari 31 Agustus hingga 3 Oktober.
Siswa di Yordania kembali ke pendidikan di kelas setelah memulai fase terakhir dari pelonggaran tindakan virus corona.
Lebih dari 2 juta siswa kembali untuk awal tahun ajaran 2021-2022.
Siswa di Jalur Gaza mendapat vaksin virus corona sebagai bagian dari upaya vaksin yang diluncurkan di Palestina. [my/jm]