Denzel Malachi Freddynanto senang berdebat... tetapi untuk alasan yang tepat.
Pelajar kelas 9 Mentari Intercultural School Bintaro ini menduduki peringkat pertama debat junior dalam World Scholar's Cup (WSC) yang diadakan di Universitas Yale pada November.
Dalam kategori debat individu tingkat SMP, ia menyisihkan sekitar 700 peserta dari seluruh dunia.
"Aku bangga jadi the best of the best dibanding mereka semua," kata Denzel kepada VOA.
Remaja berusia 14 tahun ini mengatakan kunci keberhasilannya adalah dengan mempelajari kelebihan dan kekurangannya dalam debat-debat sebelumnya. Selain itu , ia mengatakan bahwa dirinya gemar berlatih dengan menyaksikan video debat yang beredar di internet.
"Aku suka latihan dengan buka YouTube, lihat debat yang sedang berjalan, dan aku debat dengan mereka, walaupun mereka tidak bisa debat dengan aku, jadi aku dapat melatih diri agar bisa pikir on the spot dengan cepat," katanya.
Denzel adalah satu dari puluhan pelajar Indonesia dari belasan sekolah yang mengikuti tahap puncak WSC, yang dijuluki Tournament of Champions.
Kemampuan mereka diuji dalam berbagai kategori, termasuk debat individu, debat kelompok, menulis, hingga cerdas cermat - semuanya dalam bahasa Inggris. Banyak dari mereka memenangkan medali emas dan perak, termasuk Denzel yang memborong enam medali emas dan satu perak.
Your browser doesn’t support HTML5
Prestasi para pelajar Indonesia "sangat membanggakan," kata Konsul Jenderal RI di New York, Winanto Adi. Ia hadir dan menyemangati para peserta di salah satu universitas paling bergengsi di dunia itu.
"KJRI New York sangat mendukung berbagai kegiatan, utamanya dari generasi muda yang mewakili negara dan bangsa Indonesia pada event-event internasional," ujarnya kepada VOA.
Turnamen yang berjalan selama enam hari di New Haven, Connecticut itu diikuti 1.495 pelajar dari 41 negara.
Menjadi bagian dari komunitas global sangat mengesankan bagi Aqilla Keisachi Fatima, pelajar kelas 11 Mentari Intercultural School Bintaro.
"(Kita) bisa berkenalan dengan siswa siswi dari negara lain, dan juga kita bisa bertukar ide, saling sharing tentang budayanya. Dan juga sampai sekarang kita masih keep in touch sama teman-teman," ujar perempuan yang meraih satu medali emas dan tiga perak ini.
Sebelum ke AS, seluruh peserta telah mengikuti penyisihan di tingkat regional dan global.
BACA JUGA: Bagi Gen-Z: Jalan-jalan Sekarang, Karir BelakanganMahasiswi Universitas Indonesia Yhara Marine Darmadi, yang meraih satu medali emas dan satu perak, mengatakan pengalamannya sangat berharga.
"Aku jadi lebih terpancing untuk be better, untuk lebih belajar, harus bisa menonjol dibanding orang-orang lain. Karena kalau cuma belajar aja pasti akan kalah sama orang yang jauh lebih excel."
Dan bagi para pelajar Indonesia yang ingin ikut World Scholar's Cup yang penting adalah...
"Bener-bener harus ngelotok belajarnya, terus don't forget to also have fun," pungkas Yhara. [vm/ka]