Pavlo Masechko adalah pelajar SMU yang melarikan diri dari Novovolynsk, wilayah Volyn, di Ukraina barat bersama ibu dan kerabat lainnya, atas desakan ayahnya, beberapa hari setelah perang dimulai.
Setelah melewati perbatasan yang melelahkan, dan mengantri selama berjam-jam untuk memasuki Polandia, Masechko dan ibunya kini menetap di Rzeszow, kota di Polandia tenggara.
Masechko yang berusia 17 tahun, satu setengah tahun lagi sedianya akan lulus SMU dan sudah berencana untuk melanjutkan studi ke Universitas di Polandia, tetapi ia tidak pernah membayangkan studinya tiba-tiba batalkan karena perang.
"Sangat stres untuk meninggalkan negara kita, pada saat seperti ini (terburu-buru karena perang)," kata Pavlo Masechko, 17, mahasiswa pengungsi Ukraina
Sehari setelah perang dimulai pada 24 Februari, gurunya di Ukraina mengirim pesan kepada murid-muridnya yang meminta mereka agar tidak masuk sekolah karena alasan keamanan.
Setelah dua minggu tidak belajar di kelas, sekarang sekolah lamanya memulai kembali pembelajaran secara daring.
Namun, Masechko, sekarang sudah diperbolehkan bersekolah di Rzeszow, Polandia.
Meskipun ia menikmatinya, bahasa tetap menjadi tantangan.
BACA JUGA: UNICEF: Separuh Populasi Anak Ukraina MengungsiUntungnya, guru-guru dan teman-teman sekelasnya mendukung, terutama Daniel Mirczew, pelajar Ukraina lainnya yang sudah tinggal di Rzeszow, Polandia sebelum perang dan punya keluarga di Ukraina.
"Ketika situasi ini mulai, sangat sulit bagi saya untuk fokus pada hal-hal lain, tetapi sejalan dengan waktu dan sekarang situasi menjadi lebih, juga lebih stabil di benak saya dan saya kembali bisa fokus pada hal-hal lain dalam hidup saya," katanya.
Kedua pemuda ini mengatakan mereka berjuang untuk fokus pada kehidupan mereka ketika perang dimulai, terus menelusuri berita di ponsel mereka.
Namun, 20 hari lebih setelah invasi melanda Ukraina, keduanya berusaha kembali pada kehidupan normal dan fokus pada studi mereka.
Setelah lulus SMU, mereka berencana untuk belajar teknologi informasi dan mungkin bekerja sebagai programmer.
Masechko bersama ibunya juga menjadi relawan untuk mengorganisir sumbangan bagi para pengungsi Ukraina dan mereka yang terlantar di Ukraina serta tidak bisa meninggalkan negara itu.
Kota kelahirannya sendiri sejauh ini telah memberikan perlindungan bagi 7.000 lebih orang yang terlantar akibat perang, kata Masechko.
BACA JUGA: Mahasiswa Pengungsi Ukraina Berbagi Cerita tentang HarapanUntuk membantu mereka, para pelajar di SMU tempatnya belajar mengadakan konser untuk mengumpulkan dana bagi Ukraina.
Rzeszow, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari perbatasan Ukraina, telah menjadi pusat bantuan kemanusiaan untuk wilayah tersebut.
Melalui jalan darat dan udara, pasokan bantuan — termasuk makanan, selimut, lampu tenaga surya, pakaian hangat, kasur, jerigen, dan terpal plastik — terus berdatangan di gudang besar yang dikelola oleh badan pengungsi PBB, UNHCR, di dekat bandara di luar Rzezsow. [my/lt]