Polisi berhasil mengenali identitas pelaku penusukan dua anggota Brigade Mobil (Brimob) Jumat malam lalu. Dari kartu tanda penduduk (KTP) yang ditemukan di dekat lokasi kejadian, diketahui pelaku bernama Mulyadi (28 tahun), warga Cikarang Selatan, Bekasi.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan Mulyadi diduga merupakan anggota Jamaah Ansarud Daulah (JAD).
Setyo menambahkan polisi masih menyelidiki lebih detail kaitan antara Mulyadi dengan kelompok teroris yang dipimpin Aman Abdurrahman tersebut.
"Kalau melihat cara bertindaknya, ini sama persis dengan yang di Medan. Mengeluarkan pisau dan menyerang anggota yang sementara salat kan, mereka tidak bersenjata," kata Setyo.
Mulyadi, Jumat malam lalu, menyerang Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan Brigadir Satu Syaiful Bakhtiar dengan menggunakan sangkur. Penyerangan berlangsung ketika dua anggota Brimob itu baru saja selesai melaksanakan salat isya berjamaah di Masjid Faletehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang berjarak sekitar 300 meter dari Markas Besar Polri.
Akibatnya, Syaiful dan Dede mengalami luka di leher dan wajah. Sedangkan Mulyadi tewas ditembak ketika berupaya melarikan diri.
Mulyadi adalah warga Cikarang Selatan, Bekasi yang sehari-hari bekerja sebagai penjual parfum di Pasar Roxy, Bekasi.
Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al-Chaidar, mengakui polisi memang sudah lama menjadi target serangan teroris dari kelompok JAD, yang sudah berbaiat kepada ISIS.
"Mereka melakukan target itu dengan rencana-rencana tertentu untuk menghapuskan kepercayaan masyarakat terhadap kapabilitas polisi dalam menjaga keamanan dan juga dalam mengatasi terorisme. Bagi mereka, polisi tidak hanya thogut tapi juga bagian dari kaki tangan kelompok-kelompok dunia Barat dianggap sedang menyerang Islam," kata Al Chaidar.
Al-Chaidar menambahkan serangan sendirian dengan menggunakan senjata apa saja yang mematikan memang sudah sesuai instruksi dari Bahrun Naim dan pimpinan ISIS di Irak dan Suriah.
Your browser doesn’t support HTML5
Penusukan dilakukan Mulyadi itu terjadi lima hari pasca ditangkapnya pemimpin JAD Sumatera Utara Syawaluddin Pakpahan, setelah menyusup ke Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan menikam hingga tewas Ajun Inspektur Satu Martua Sigalingging.
Meski mendekam di sel isolasi penjara Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Aman Abdurrahman alias Abu Sulaeman terus dicurigai sebagai tokoh utama di balik serangkaian teror yang terjadi dalam dua tahun terakhir. Kelompok JAD bentukan Aman yang sejak Januari lalu ditetapkan oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai organisasi teroris, diyakini telah meluaskan jaringannya dan menyiapkan teror lanjutan.
JAD didirikan pada 2015 dan diperkirakan ada lebih dari 24 kelompok teror di Indonesia yang berafiliasi dengaan JAD. [fw/em]