Sejak awal November hingga Januari 2016 nanti, penggemar sepakbola di Indonesia disuguhi tontonan menarik, yaitu turnamen Piala Sudirman. Sebelumnya, telah digelar pula turnamen Piala Presiden. Keduanya diselenggarakan oleh pihak swasta. Sedangkan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, pertengahan 2015 lalu menggelar turnamen Piala Kemerdekaaan. Jadi, dalam 6 bulan terakhir tahun 2015 ini, sudah ada 3 turnamen sepakbola nasional diselenggarakan. Meski ada sejumlah turnamen, dunia sepakbola di Indonesia tetap terasa kering tanpa kehadiran sebuah liga, layaknya Liga Inggris, Italia, atau Spanyol. Karena melalui liga nasional semacam itulah sebenarnya, iklim sepakbola yang sehat bisa diciptakan.
Pemain nasional yang merumput di Arema Cronus, Malang, Christian Gonzales mengaku memang ada perbedaan bermain bola tanpa kehadiran liga. Jika boleh jujur, para pemain di seluruh Indonesia sangat menginginkan segera diselenggarakan lagi sebuah liga yang mempertemukan seluruh klub profesional. Namun, Gonzales mengaku, yang terpenting sampai saat ini adalah bahwa dia dan para pemain lain, masih bisa tetap mencari nafkah melalui sepakbola, baik ada maupun tanpa liga.
Your browser doesn’t support HTML5
"Ini profesi kita. Ya, rasanya memang tidak sama, karena kita hanya bisa bermain di Indonesia saja, tidak bisa bermain di luar, tetapi yang penting, kita masih bisa bermain sepakbola," kata Christian.
Ketiadaan liga ditambah sanksi yang ditetapkan federasi sepakbola internasional FIFA, memang membawa dampak cukup serius. Salah satunya adalah karena tim Indonesia tidak dapat berlaga di pertandingan antarnegara. Karena itu, bergulirnya 3 turnamen sepakbola dirasa tidak akan menjawab seluruh keinginan pemain bola.
Pelatih fisik Pusamania Borneo FC, Jaino Matos pun memandang penting digelarnya kembali sebuah liga di Indonesia. Dia mengaku tidak tahu bagaimana menyelesaikan konflik yang terjadi antara pemerintah dan PSSI. Namun seharusnya ada kebersamaan untuk menyelesaikan, demi kepentingan yang lebih besar, yaitu memastikan kiprah sepakbola Indonesia di dunia internasional.
"Saya percaya, setiap pelaku sepakbola Indonesia pasti ingin liga cepat dimulai. Ini sudah beberapa turnamen berlangsung, mungkin sudah cukup. Syukur ada kompetisi, semua tahu itu kondisinya akan lebih baik kalau ada liga. Tim Nasional kita juga penting kembali melakukan persiapan, karena Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games pada 2018. Jadi sebaiknya, Timnas kita mulai persiapan sejak sekarang," kata Jaino.
Pelatih Arema Cronus Malang, Joko Susilo juga menilai bahwa turnamen yang sekarang diselenggarakan sudah cukup baik. Animo penonton Indonesia sangat tinggi dan tingkat persaingan bagus sekali. Tetapi, bagaimanapun sebuah liga yang terpusat masih sangat dinantikan.
"Tentu beda, turnamen dan kompetisi (liga). Bagaimanapun juga kita tetap berharap ada kompetisi yang resmi. Harapan saya segera ada satu lagi PSSI, siapapun yang mengelola, kita kompetisi lagi yang bagus. Tentu saja hal-hal yang tidak bagus kita berantas dan kita setuju itu," kata Joko.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara PSSI dan pemerintah Indonesia. FIFA telah mengeluarkan rekomendasi yang meminta pemerintah membentuk sebuah tim ad hoc. Tim ini terdiri dari unsur PSSI, Kementrian Pemuda dan Olahraga, asosiasi pemain serta kalangan sepakbola. Namun, pemerintah enggan masuk di tim ad hoc ini, dan memilih membentuk tim kecil. Alasannya, tim kecil ini merupakan rekomendasi FIFA ketika federasi internasional itu berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu. Sepertinya, konflik memang masih akan berlangsung cukup lama di dunia sepakbola Indonesia. [ns/em]