Pelanggaran Gencatan Senjata Hentikan Pembicaraan Perdamaian Yaman

  • Lisa Schlein

Utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed di Bern (20/12).

Pembicaraan mengenai Yaman yang disponsori PBB berakhir setelah enam hari karena sering terjadinya pelanggaran kesepakatan gencatan senjata oleh pihak-pihak yang berperang.

Serangan-serangan udara koalisi yang dipimpin Arab Saudi dan serangan-serangan yang dilangsungkan pemberontak Houthi terus berlanjut selama perundingan, dan dilaporkan telah menewaskan lebih dari 75 orang dalam waktu tiga hari terakhir.

Utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan menghentikan permusuhan adalah inti keberhasilan pembicaraan itu. Sehingga, katanya, ia tidak mempunyai pilihan selain menghentikan pembicaraan itu untuk sementara waktu.

"Sangat jelas, dan patut disayangkan, gencatan senjata yang disetujui, seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak dihormati, dan pada beberapa kasus dilanggar, sejak beberapa jam pertama berlangsungnya pembicaraan ini. Karena itu, sebagaimana saya katakan, pada hari-hari mendatang, kita akan melakukan segala usaha untuk memastikan bahwa gencatan senjata baru diberlakukan,” jelasnya.

Delegasi pro-pemerintah dan delegasi pemberontak Houthi telah diisolasi sejak Selasa di kota pegunungan Magglingen, Swiss. Utusan PBB itu berharap bisa meningkatkan proses perdamaian dengan mencegah pihak-pihak yang berperang bernegosiasi melalui media dunia dengan menyalahkan satu sama lain atas perang saudara yang berkepanjangan itu.

Meskipun terjadi kemunduran, Ahmed mengatakan, delegasi pro-pemerintah dan delegasi pemberontak membuat sejumlah kemajuan. Ia mengatakan, mereka menyepakati paket langkah-langkah yang perlu diambil untuk membangun rasa saling percaya. Ini termasuk pembebasan semua tahanan pada akhirnya dan permohonan untuk mendapat bantuan kemanusiaan yang aman, cepat dan tanpa halangan ke kawasan-kawasan konflik, khususnya kota Taiz yang terkepung.

"Para partisipan sama-sama menyepakati kerangka kerja perundingan untuk mencapai kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri konflik dan memungkinkan berlanjutnya dialog politik yang melibatkan semua pihak. Mereka juga setuju untuk melanjutkan usaha untuk membentuk Komisi Koordinasi dan Peredaan Ketegangan. Komisi ini akan terdiri dari perwakilan-perwakilan militer pihak-pihak yang berperang, yang akan melangsungkan pertemuan yang difasilitasi PBB.”

Utusan khusus PBB itu mengatakan, ia dan pihak pihak yang berperang akan melanjutkan usaha mengidentifikasi dan menerapkan langkah-langkah untuk membangun rasa saling percaya. Ia mengatakan, ia akan melangsungkan pertemuan-pertemuan bilateral dengan pihak-pihak tersebut untuk memastikan komitmen mereka terhadap gencatan senjata yang lebih bertahan lama.

Pembicaraan itu dijadwalkan akan dilanjutkan kembali pertengahan Januari tahun depan. PBB mengatakan, lebih dari 5.800 orang telah tewas akibat pertempuran di Yaman sejak akhir tahun lalu. [ab/uh]