Ketika bunyi bel dari pengeras suara atau pelantang yang dipasang di sebuah mobil van berdering sebagai tanda dimulainya kelas di Desa Kanwarsika, para murid langsung bersiap untuk belajar dari dalam rumah ataupun di sejumlah lapangan.
Setelah doa bersama, sang guru lantas mengajar plejaran kimia dengan menggunakan mikrofon dari jalan.
BACA JUGA: Subsidi Kuota Dinilai Tak Banyak Bantu Atasi Masalah Pembelajaran DaringKelas itu diselenggarakan untuk memastikan para siswa tidak tertinggal dalam pembelajaran setelah berbulan-bulan tidak bersekolah akibat pandemi virus corona.
Sania Ahmed, siswi kelas sembilan, mengakui kelas itu membantunya mengikuti pelajaran pelajaran. Belajar dari rumah juga membuatnya merasa aman dari ancaman virus corona.
Distrik Nuh di India bagian utara telah menemukan sejumlah cara kreatif untuk mengajar para siswa. Mulai dari menggelar kelas di alun-alun desa sebagai bagian inisiatif “sekolah komunitas” hingga mobil van yang menyuarakan bahan ajar dengan pengeras suara ke rumah-rumah warga. Para relawan dan guru setempat kini memiliki 7.000 ‘murid’ di banyak desa.
Inisiatif itu diluncurkan setelah pemerintah setempat mendapati bahwa sebagian besar siswa dari distrik-distrik berpenghasilan rendah tidak bisa mengikuti kelas daring (online) akibat ketiadaan akses komputer dan telepon pintar.
BACA JUGA: Pandemi Covid-19, Hampir Setengah Miliar Anak-Anak Tak Punya Akses ke PJJJamshed Khan, guru SD yang mengajar di desa Righer, menjelaskan bahwa pendidikan secara digital tidak bisa dilaksanakan di distriknya, karena kebanyakan keluarga di sana hanya memiliki satu telepon genggam untuk satu keluarga besar.
Saista, yang duduk di kelas delapan, berasal dari keluarga dengan kondisi seperti itu.
Ia mengatakan bahwa ia punya tiga saudara laki-laki dan perempuan.Namun, hanya saudara laki-lakinyalah yang mendapat telepon, sehingga dirinya tidak bisa belajar. Itu sebabnya kelas-kelas tersebut sangat membantunya.
Di Righer, jumlah kelas komunitas bertambah menjadi 15 kelas dari hanya lima.
Your browser doesn’t support HTML5
Para murid yang lebih muda belajar berhitung dan menulis, sedangkan murid-murid yang lebih dewasa diajari bahasa Inggris dan matematika selama dua jam kelas berlangsung. Di tengah ruangan terbuka, mereka duduk berjauhan, mengikuti protokol kesehatan terkait Covid-19.
Para relawan pengajar yang disebut “duta pendidikan” itu memiliki latar belakang beragam, dari guru hingga doktor, seperti Khushi Mohammad.
Mohammad mengatakan ia bergabung dengan inisiatif itu setelah kehilangan pekerjaannya di sebuah sekolah swasta. Kelas itu membantu dirinya dan para murid, yang kini mencoba menguasai silabus yang ada.
Bagi para siswa yang memiliki ambisi tertentu, kelas-kelas itu sangatlah penting. Faizan Khan, siswa kelas delapan, mengatakan bahwa hasil ujiannya akan menentukan apakah dirinya bisa masuk kelasilmu pengetahuan alam (IPA).
Khan mengaku bercita-cita menjadi dokter. Dia mengatakan kela-kelas itu memberinya kepercayaan diri bahwa ia bisa mendapatkan nilai yang bagus ketika sekolah nantinya kembali dibuka.
Dan seperti anak-anak lainnya, ia mengaku rindu dengan hari-hari di sekolah.
Khan mengatakan sekolah terasa lebih hidup. Kini ia bisa pulang setelah mengikuti kelas selama dua jam. Sebelum pandemi, ia baru akan pulang sekitar pukul 15.00, lalu pergi ke masjid, dan ia merindukan masa-masa itu. [rd/ft]