Pasukan kepolisian terbesar Inggris dinilai bersalah karena memelihara “homofobia mendalam” dan perilaku pemangsa (predatory), di mana petugas kepolisian dari kelompok minoritas mengalami intimidasi yang meluas, menurut sebuah laporan independen pada Selasa (21/3).
Laporan yang disusun oleh pejabat pemerintah Louise Casey itu diperintahkan untuk dibuat setelah kasus pembunuhan seorang perempuan London, Sarah Everard, oleh petugas Kepolisian Metropolitan Wayne Couzens.
Casey menemukan adanya budaya homofobia di dalam pasukan kepolisian London, sementara polisi dan staf perempuan “rutin menghadapi seksisme dan misogini.”
Kepolisian Metropolitan “tidak melindungi pegawai perempuan maupun anggota masyarakat dari polisi pelaku kekerasan dalam rumah tangga atau mereka yang menyalahgunakan posisinya untuk tujuan seksual,” ungkapnya.
“Berkali-kali, mereka yang mengeluhkan hal itu tidak dipercaya atau didukung. Mereka diperlakukan dengan buruk, atau menghadapi klaim sebaliknya dari mereka yang dituduh,” demikian bunyi laporan itu.
Laporan itu menyatakan bahwa “tidak adanya kewaspadaan” membuat “perilaku pemangsa dan tidak dapat diterima dibiarkan berkembang.”
Pasukan itu juga memelihara rasisme, di mana tindak diskriminasi “seringkali diabaikan” dan keluhan “biasanya diarahkan kepada petugas kepolisian kulit hitam, Asia atau minoritas etnis,” ujar laporan itu.
Sejak pembunuhan Everard, berbagai kasus mengejutkan lain yang melibatkan petugas kepolisian London terungkap.
BACA JUGA: Polisi Eropa, FBI Tangkap Geng Kejahatan Siber GlobalDavid Carrick divonis penjara seumur hidup pekan lalu karena puluhan kali melakukan perkosaan dan penyeragan seksual sejak tahun 2002. Carrick dan Couzens pernah sama-sama bertugas di satuan besenjata dengan tugas melindungi anggota parlemen dan diplomat asing.
Kepala Kepolisian Metropolitan London, Mark Rowley, yang ditunjuk setelah Cressida Dick dikeluarkan April lalu menyusul serangkaian skandal, mengatakan kepada media bahwa ia “sangat mengerti betapa pentingnya laporan ini.”
“Kami telah mengecewakan orang-orang,” ujarnya. “Contoh-contoh mengerikan tindak diskriminasi dan mengecewakan masyarakat serta korban… tidak dapat diterima. Saya benar-benar menyesal.”
‘Memberatkan’
Laporan itu menyimpulkan bahwa terdapat “masalah sistemik dan mendasar” di kepolisian, dengan “manajemen yang tidak memadai” sebagai penyebab utamanya.
Laporan itu menguraikan 16 rekomendasi yang disebut akan menjadi “perbaikan total” Kepolisian Metropolitan London.
Kegagalan melakukan reformasi dapat menyebabkan pasukan tersebut dibubarkan, kata Casey memperingatkan.
Rowley mengatakan, laporan itu merupakan “temuan yang mengecewakan” dan berjanji akan melakukan “apa pun yang mungkin dilakukan untuk mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi tersebut.”
Penyelidikan kasus kejahatan oleh Kepolisian Metropolitan juga dikritik, di mana laporan itu menjelaskan bahwa pasukan itu mengandalkan “lemari es dan freezer yang terlalu penuh, bobrok atau rusak” untuk menyimpan bukti forensik.
BACA JUGA: Politisi Inggris Didesak Perjuangkan Nasib MigranKotak makan siang ditemukan di kulkas yang sama yang menyimpan sampel forensik kasus perkosaan, dengan berbagai peralatan yang sangat penuh hingga diikat rapat.
Satu lemari es rusak, yang berarti bukti-bukti yang disimpan di dalamnya tidak lagi bisa digunakan, kata laporan tersebut.
Wali Kota London Sadiq Khan, yang memprakarsai laporan itu, menyebut temuan-temuan itu “sangat memberatkan,” dan mengatakan bahwa Casey telah mengungkap “rasisme, misogini dan homofobia yang terinstitusionalisasi.”
“Tinjauan ini jelas harus menjadi titik balik dan saya harap semua rekomendasi di dalamnya dapat diimplementasikan sesegera mungkin dan sepenuhnya,” ungkapnya. [rd/rs]