Media pemerintah Iran Selasa melaporkan bahwa sedikitnya 40 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya cedera akibat terinjak-injak pada pemakaman panglima militer senior Iran Qassem Soleimani.
Puluhan ribu orang berkumpul untuk menghormati Soleimani di kota kelahirannya, Kerman, sebelum pemakamannya, menyusul acara serupa pekan ini di Teheran, Qom dan Ahvaz. Media pemerintah melaporkan bahwa pemakaman ditunda akibat insiden itu.
BACA JUGA: Warga Iran Berkabung, Hadiri Pemakaman SoleimaniTewasnya Soleimani pekan lalu dalam serangan udara AS telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas, karena AS dan Iran saling melontarkan ancaman tentang respons yang lebih keras terhadap pihak lain.
Sebelumnya hari Selasa (7/1), pemimpin Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, menambahkan ancaman terbaru untuk membalas dendam terhadap AS atas serangan udara yang berlangsung di luar bandara di Baghdad itu.
Para pejabat AS menyalahkan Soleimani atas pembunuhan tentara Amerika di Irak oleh laskar yang didukung Iran dan menuduhnya merencanakan serangan-serangan baru “dalam waktu dekat” terhadap personel AS di kawasan, meskipun tidak secara terbuka mengungkapkan sifat ancaman tersebut.
Dengan meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran, AS menolak memberikan visa bagi Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif yang akan bepergian ke New York untuk mengikuti pertemuan mendatang PBB.
Setelah serangan udara itu, Iran juga mengumumkan akan mengesampingkan kepatuhannya terhadap perjanjian tahun 2015 yang membatasi program nuklirnya. Ini segera mendorong Presiden AS Donald Trump, yang mundur dari perjanjian itu dan memberlakukan sanksi-sanksi baru terhadap Iran, untuk menulis cuitan hari Senin, “IRAN TIDAK AKAN PERNAH MEMILIKI SENJATA NUKLIR!”
Pada Minggu malam, Trump juga bertekad bahwa AS akan menyerang “dengan sangat keras dan sangat cepat” sebanyak 52 target Iran jika Iran menyerang personel atau aset AS. Angka 52 itu mewakili jumlah warga Amerika yang disandera Teheran pada tahun 1979 selama 444 hari. [uh/ab]