Sebuah kelompok pemantau menyatakan keprihatinan Selasa (6/1) bahwa kehadiran militer Sri Lanka di bekas zona perang di utara dapat menurunkan jumlah pemilih dalam pemilu presiden hari Kamis mendatang.
Pusat Pemantauan Kekerasan Pemilu menyuarakan kekhawatiran tentang dampak buruk pengerahan pasukan keamanan terhadap pemungutan suara, khususnya di utara.
Militer Sri Lanka telah dituduh mengintimidasi pemilih oposisi dalam pemilu sebelumnya dan berkampanye untuk Presiden Mahinda Rajapaksa.
Dia telah memenangkan dua pemilu sebelumnya dengan popularitas mengakhiri perang saudara 25 tahun, setelah militer mengalahkan pemberontak Macan Tamil, yang ingin mendirikan sebuah negara Tamil di utara dan timur pulau itu.
Etnis Tamil tergolong minoritas di Sri Lanka secara keseluruhan, tapi mayoritas di bekas zona perang di utara.
Rajapaksa dan calon oposisi Maithripala Sirisena berasal dari etnis mayoritas Sinhala.
Rajapaksa menghadapi tantangan pemilu terbesar dalam pemberontakan yang dipimpin oleh Sirisena, mantan menteri kesehatannya.